Rojali dan Rohana Tak Hanya di Marketplace, Tapi Juga di Politik
Kita mengenal istilah Rojali (Rombongan Jarang Beli) dan Rohana (Rombongan Hanya Nanya) sebagai fenomena belanja daring yang mengundang tawa dan kadang keluhan. Mereka adalah para calon pembeli yang rajin bertanya, aktif memberi tanda suka, menaruh barang di keranjang---tapi tak kunjung transaksi.
Namun siapa sangka, Rojali dan Rohana bukan cuma soal belanja.
Mereka juga hidup dan tumbuh di ruang yang jauh lebih strategis: politik dan jabatan publik.
Politik: Etalase Kekuasaan yang Dipenuhi Wishlist
Lihatlah lingkungan partai politik hari ini.
Banyak yang bergabung bukan karena gelora idealisme atau panggilan nurani rakyat.
Sebagian hanya sedang menaruh "kursi" ke dalam keranjang.
Mereka rajin hadir di forum, rajin unggah foto baju partai, rajin menulis "siap membangun bangsa"---namun semua itu belum tentu dibarengi kerja nyata.
Mereka adalah Rojali dan Rohana politik.
Yang satu hanya berharap kursi jabatan,
yang lain hanya ingin dilirik untuk jadi komisaris.
Checkout Bukan Soal Kemampuan, Tapi Kedekatan
Jika di dunia belanja checkout itu urusan isi dompet,
maka di politik checkout adalah soal kedekatan.
Dekat dengan tokoh kunci.
Dekat dengan pemilik tiket.
Dekat dengan pusat kekuasaan.