Kami berdiskusi bukan untuk gaya, tapi untuk mengerti. Kami tidak duduk di warung kopi mahal. Kami duduk di lantai beralas tikar, menyeduh kopi murahan, membedah konsep ummat, tauhid sosial, dan keadilan struktural. Kami tidak menghafal untuk ujian, tapi untuk bertahan.
Kami Tak Dilahirkan dari Skema Kekuasaan, Tapi dari Kesadaran dan Tanggung Jawab
Kami tak dilahirkan dari peta jalan menuju kekuasaan. Tidak ada jalur cepat dari HMI ke jabatan publik. Tapi kami punya jalur sunyi menuju tanggung jawab. Dan jalur itu lebih mulia.
Kami membaca karena haus ilmu, bukan karena disuruh. Kami menulis karena gelisah, bukan karena tugas. Kami berdiskusi karena ingin mengerti, bukan karena ingin dipilih. Dan semua itu kami lakukan karena kami sadar: generasi muda tak boleh diam. Negeri ini butuh pemikir, bukan pengikut.
Kami tidak tumbuh dari struktur. Kami tumbuh dari nilai. Dan nilai itu tak pernah lekang. Bahkan setelah kami lulus, bekerja, menikah, dan hidup dalam hiruk-pikuk dunia nyata, nilai itu tetap tinggal di dada.
Bukan Tentang Siapa Lebih Besar, Tapi Siapa Tak Lupa dari Mana Ia Bertumbuh
Pernyataan Cak Imin yang menyindir HMI sebagai organisasi yang "tidak tumbuh dari bawah" bukan hanya keliru, tapi menyakitkan. Bukan karena kami cengeng, tapi karena kami punya sejarah. Dan sejarah itu tidak boleh dihapus hanya karena seseorang sedang berdiri di atas panggung kekuasaan.
Kami tahu siapa kami. Kami anak-anak lorong, anak-anak pasar, anak-anak kos berdinding daun lontar. Tapi kami punya kepala yang berpikir, hati yang merdeka, dan tangan yang siap bekerja.
Kami tidak tumbuh dari protokol. Kami tumbuh dari tikar kaderisasi. Kami tidak naik karena direkomendasikan. Kami naik karena diuji.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI