Mohon tunggu...
Abdul Wahid Azar
Abdul Wahid Azar Mohon Tunggu... Penulis Buku Non Fiksi (BNSP)

Menulis subtansi kehidupan, Jujur pada realitas

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Dari Jalin ke Danantara, Ambisi Besar, Eksekusi Lemah?

24 Februari 2025   05:37 Diperbarui: 24 Februari 2025   05:37 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Danantara Indonesia (Foto-Kompas.com).

Sejarah Dua Kebijakan: Jalin Parsial, Danantara Total

Ketika PT Jalin Pembayaran Nusantara dibentuk oleh Menteri BUMN Rini Soemarno, harapannya sederhana tetapi strategis: menyatukan jaringan ATM bank-bank BUMN (Himbara) agar lebih efisien dan kompetitif. Jalin hanya mengambil bagian parsial dalam ekosistem perbankan, berfungsi sebagai penyedia switching dan layanan manajemen ATM, bukan sebagai pemegang penuh infrastruktur perbankan.

Sebaliknya, PT Danantara (Daya Anagata Nusantara) dibentuk oleh Menteri BUMN Erick Thohir dan hadir dengan ambisi yang jauh lebih besar. Tidak hanya mengelola satu sektor seperti perbankan, Danantara akan mengambil alih aset dari tujuh BUMN raksasa, mencakup perbankan, telekomunikasi, energi, hingga pertambangan. Jika Jalin sekadar menjadi subkontraktor ATM, Danantara menjadi pemilik penuh atas aset yang diambilnya.

Perbedaannya jelas, Jalin hanya mencuil sebagian kecil perbankan, sedangkan Danantara mencoba menguasai seluruh ekosistem BUMN strategis.

Jalin Menghadapi Tantangan Berat, Tidak Mampu Menjadi Pemain Utama

Jalin berhadapan dengan realitas keras industri finansial. Meski diberikan akses ke ATM Himbara, Jalin tidak pernah benar-benar menguasai industri switching atau infrastruktur pembayaran nasional. 

Bank-bank BUMN seperti Mandiri, BRI, dan BNI tidak mau kehilangan kendali atas bisnis ATM dan CRM mereka, terutama karena bisnis ini masih menguntungkan. Namun, dalam praktiknya, Jalin tetap beroperasi, tetapi tidak mampu menjadi pemain utama yang menggantikan ATM Bersama atau jaringan switching besar lainnya.

Bank BUMN tetap menjalankan bisnisnya sendiri dan hanya menggunakan Jalin sebatas layanan teknis, bukan entitas pengendali industri pembayaran.

Jika Jalin yang hanya berperan sebagai pengelola switching tidak mendapatkan kepercayaan penuh dari bank-bank BUMN, maka tantangan bagi Danantara tentu jauh lebih besar dalam mengambil alih aset bernilai triliunan rupiah.

Bisakah Danantara Mengendalikan Perusahaan yang Sudah Tbk?

Berbeda dengan Jalin yang hanya menangani sistem transaksi, Danantara akan berhadapan dengan BUMN yang sudah menjadi perusahaan publik, seperti: Bank Mandiri (BMRI), BRI (BBRI),BNI (BBNI) ,Telkom Indonesia (TLKM). dll.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun