Mohon tunggu...
Abdul Wahid
Abdul Wahid Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Malang

Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Malang dan Penulis sejumlah buku

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memperluas Zona "Investasi Kemanusiaan"

6 Oktober 2021   06:20 Diperbarui: 6 Oktober 2021   06:21 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kecenderungan berlaku irasional, zalim dan  tak berperikemanusiaan atau menghadirkan zona dan rimba binatang seperti yang disindir oleh Thomas Hobess  melalui jargon "homo homini lupus" atau manusia adalah serigala bagi yang lain,  manusia adalah pemangsa bagi sesama manusia, manusia itu golongan makhluk perampas, sosok yang gampang mengorbankan orang lain, idealnya tak ada dalam "kamus"-nya pecinta.

Itulah yang juga pernah dideskripsikan oleh penyair sufi besar dari Balakh bernama Jalaluddin Rumi lewat karya Monumentalnya Mastnawi delapan abad lalu yang mengungkapkan lewat syairnya, "tanpa cinta, dunia akan membeku, cinta ibarat lautan luas nan dalam. Cintalah yang semestinya menjadi pilar utama bagi bangunan hubungan antar manusia, antar bangsa, antar kebudayaan dan antar sistem hidup yang berbeda".

Setiap pecinta sejati tentulah punya usaha yang gigih atau setidak-tidaknya mengasah kebeningan nuraninya untuk menjadi sosok yang  hidupnya diabdikan untuk Tuhannya, sesamanya yang sedang "terjajah" kemiskinan,  dan makhluk hidup  lainnya. Baik pikiran maupun perilakunya tidak pernah dibiarkan stagnan atau diarahkan dan diberdayakan  selalu mengembara untuk menjelajahi kesulitan yang diderita  sesamanya yang sedang miskin.

Pecinta sejati itu sudah digariskan oleh Nabi Muhammad SAW, "tidak disebut beriman diantara kalian, sehingga mencintai saudara-saudara (sesama) sebagaimana kalian mencintai diri sendiri"  Cinta dalam sabda Nabi ini merupakan  wujud toeologi pembebasan berbasis kemanusiaan.

Manusia tidak akan bermakna kedekatannya dengan Tuhan jika  dalam hidupnya tidak rajin melakukan investasi berupa kedekatan dengan sesama manusia. Kedekatan dengan sesama harus dibuktikan dengan mencintainya. 

Cintanya ini dapat dijadikan standar keimananya ketika cintanya benar-benar sebagai apresiasi pengabdian yang ditujukan demi memasofikasikan "investasi kemanusiaan" yang berbasis membebaskan derita  saudara-saudaranya yang sedang kesulitan memerdekakan dirinya dari patologi kemiskinan.

Sebagai refleksi, seseorang umumnya hanya bisa menyaksikan dan bahkan mengeksploitasi penderitaan orang lain, tetapi lupa menyikapi penderitaan orang lain sebagai penderitaannya sendiri. 

Jika seseorag bisa menjadikan derita orang lain sebagai bagian utama dari "proyek" perjuangannya sendiri, maka seseorang ini baru layak menyandang prediket beriman individualistik dan eksklusif, karena  ini namanya dosis mencintai dirinya sendiri yang berklas egalitarian dan universalitas masih diabaikan atau gagal disentuhnya.

Dalam ritualitas yang digariskan agama, setiap orang yang sedang menjalankannya diingatkan tentang esensi ketakwaan. Ketakwaan yang menjadi tujuan utama beragama (beriman) bagi seseorang ternyata berinteraksi dan berintegrasi dengan cinta yang mengempirik pada manusia lainnya. 

Tatkala seseorang sedang memasuki "rumah agama" dan mendambakan lezatnya kesejatian beragama, maka dirinya harus menjadi penyebar dan penyubur cinta di tengah masyarakat. 

Karena dalam cinta itu ada kerelaan menerimadan menghormati perbedaan, maka idealnya peran-peran yang tampil adalah kesejukan, kearifan, toleransi, dan humanisasi (memanusiakan manusia).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun