Mohon tunggu...
Abdullah Fadllan Harist
Abdullah Fadllan Harist Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Pamulang

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Suara Gen Z dalam Pemilu

8 Desember 2024   06:44 Diperbarui: 8 Desember 2024   08:55 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tangerang Selatan -- Pemilu merupakan singkatan dari pemilihan umum. Mengutip laman resmi KPU, pemilu di Indonesia dimulai pada tahun 1955. Sebelum bergulirnya pemilu tahun 1955, pemilu di Indonesia sudah direncanakan bertahun-tahun yang lalu. Dalam Maklumat X dijelaskan melakukan pembentukan partai-partai politik untuk penyelenggaraan pemilu bagi anggota DPR pada Januari 1946. Namun rencana itu belum bisa terwujud karena ada beberapa faktor, seperti belum adanya perundang-undangan, situasi yang masih mempertahankan kemerdekaan, dan masih rendahnya stabilitas keamanan negara.

Kemudian di tahun 1955 digelar kembali pemilu. Di tahun inilah pemilu perdana sukses dilakukan. Dalam tahun ini diadakan dua kali pemilu. Pertama pada 29 September 1955 untuk memilih anggota DPR. Kedua pada 25 Desember 1955 untuk memilih anggota Konstituante.

Pada 14 Februari 2024, di pemilu yang ke-13, bangsa Indonesia kembali diberi kesempatan untuk memenuhi hak dan kewajibannya. Bangsa Indonesia diharuskan hadir dan memilih presiden dan wakil presiden serta anggota legislatif, dari tingkat pusat hingga daerah. Fenomena yang terjadi dalam 5 tahun sekali ini menjadi unik, ketika Gen Z menjadi salah satu generasi yang mendominasi pemilih bersama dengan Milenial.

Meliput laman Liputan 6, dominasi pemilih muda (Gen Z) ini diprediksi akan mengubah perspektif masyarakat terhadap harapan dan ekspektasi kepada calon pemimpin Indonesia 5 tahun kedepan. Terkait hal ini, Populix meluncurkan studi bertemakan "Expectations of Young Voters in the 2024 Indonesian Presidential Election" yang mempelajari lebih mendalam tentang perspektif pemilih muda, khususnya terkait isu-isu sosial dan lingkungan, reformasi pendidikan, penciptaan lapangan kerja, dan pembangunan berkelanjutan.

Sebagai pemilih yang didominasi dengan pemilih pemula, Gen Z membawa harapan tinggi terhadap calon pemimpin negara. Mereka cenderung enggan untuk terikat dengan organisasi atau komunitas politik tertentu. Bagi mereka, sosok calon presiden atau pemimpin yang ideal adalah yang netral, pro-rakyat, dan mampu menjadi perintis terobosan baru. Aspirasi mereka tidak hanya sebatas keuntungan pribadi, tetapi lebih terfokus pada pemimpin yang dapat membawa perubahan positif, terutama yang berdampak langsung kepada anak muda.

Namun, dalam keberlangsungan pemilu yang terjadi pada 14 Februari lalu, tidak sedikit Gen Z yang memutuskan untuk tidak menggunakan hak suaranya atau golput. Kebanyakan dari mereka merasa malas untuk sekedar datang ke TPS. Selain itu, persoalan tidak terdaftar di daftar pemilih tetap (DPT) menjadi alasan mereka untuk golput. Mereka juga beranggapan, bahwa siapapun yang menjadi pemimpin tidak akan mengubah nasib mereka, khususnya untuk urusan pekerjaan.

Keputusan untuk tidak menggunakan hak suara perlu disoroti dari berbagai pihak. Mulai dari pemerintah, serta pelaku golput itu sendiri. Karena bagaimanapun, satu suara sangatlah penting dalam kemajuan sebuah negara. Dengan menggunakan hak suara yang baik dan benar, kita telah menjadi salah satu orang yang peduli dengan negara ini.

Sebagai generasi muda, kita perlu sadar betapa pentingnya sebuah suara yang kita miliki. Demi menuju generasi emas 2045, pola pikir yang menganggap bahwa pemilihan umum adalah hal yang sia-sia perlu disingkirkan. Peka dan mengetahui situasi politik, memiliki pergaulan yang baik, menyaring tontonan media sosial, serta peduli dengan masa depan sebuah negara adalah cara-cara yang bisa dilakukan untuk menyadarkan betapa pentingnya hak suara kita.

Muhamad Seno Radiansyah, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Pamulang

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun