Mohon tunggu...
Abdul Ghani
Abdul Ghani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pelajar, kelas XII MIPA 2 di SMAN 1 PADALARANG

I don't wanna be somebody just wanna be me.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Kehidupanku

12 November 2020   01:10 Diperbarui: 22 November 2020   14:12 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Halo, Namaku Abdul Ghani , aku biasa dipanggil dengan sebutan Abdul oleh teman-temanku, aku adalah anak pertama dari dua bersaudara. Aku lahir pada tanggal 4 Juni 2003, aku terlahir dari keluarga yang sederhana. Ayahku seorang pegawai swasta di sebuah pabrik yang ada di daerahku, sedangkan ibuku adalah seorang ibu rumah tangga biasa dan membuka warung kecil kecilan di rumah.

Masa kecil saya sangat menyenangkan. Pada tahun 2008 aku masuk ke taman kanak-kanak yang berbasis madrasah atau biasa disebut RA (Raudatul Atfal). Sejak kecil aku sudah diajarkan mengenal agama islam, makanya aku di masukan ke RA. Setiap pagi aku diantar oleh nenek, sedangkan anak anak lain diantar oleh ibunya karena ibuku harus jaga warung. Di sekolah aku memiliki sedikit teman karena pada saat itu aku sedikit pemalu, jadi terkadang aku seperti merasa sendirian.

Pada tahun 2009 aku menyelesaikan pendidikan pertamaku yaitu di RA. Karena jenjang pendidikan pertamaku berbasis madrasah, maka orangtuaku mendaftarkanku sekolah madrasah juga yang satu yayasan dengan RA-ku dulu yaitu MI (Madrasah Ibtidaiyah). Setelah masuk aku kira, kehidupanku di Sekolah Dasar sama dengan kehidupanku di taman kanak-kanak, namun ternyata pikiranku salah. 

Di Sekolah Dasar aku mendapat kehidupan baru, di sana aku banyak menemukan teman-teman yang membuat kesendirianku mulai menghilang secara perlahan. Di sekolah dasar aku mulai belajar bagaimana caranya bergaul dan berinteraksi dengan lingkungan dan teman-teman. Setiap hari kulalui dengan bermain dan bercanda bersama teman-teman ku. Aku disana memiliki teman dekat (bisa disebut geng mungkin?), kami selalu pulang sekolah bersama meski di perempatan kami harus berpisah karena beda arah, di situlah aku merasakan indahnya kehidupan.

Banyak sekali kejadian-kejadian unik dan seru bersama geng yang berisi empat orang ini, salah satunya yang paling berkesan adalah saat hari libur tiba, kami selalu bermain bersama mulai dari main di sungai sampai sore dan kehujanan, bermain game konsol, mencuri ikan lele di kolam orang lain dan masih banyak lagi deh. Pokoknya pada saat itu banyak sekali kekonyolan yang kami lakukan, aku tidak bisa melupakan hal itu.
           
Tidak terasa, aku berada di sana sudah selama enam tahun. Banyak cerita suka maupun duka yang kualami bersama teman-temanku di sana. Pada tahun 2015, aku selesai menempuh pendidikan di Sekolah Dasar. Keluargaku mengharapkan agar aku dapat masuk ke SMP yang terfavorit di daerahku, namun hati kecilku berkata lain, aku ingin masuk ke sebuah pondok pesantren yang ada di Cililin sambil bersekolah disana. Karena pada hari raya Idul Adha biasanya Uwa selalu mengajakku untuk menjenguk kakak sepupu yang ada di pondok, disana aku selalu memperhatikan kegiatan yang dilakukan santri, aku mulai tertarik dengan hal tersebut dan dari situlah ada keinginanku untuk tinggal di pondok pesantren tersebut.

Akhirnya setelah dinyatakan lulus lulus dari Sekolah Dasar pada tahun 2015, aku mulai berangkat ke Cililin dan membawa lemari dan barang-barang yang di perlukan untuk tinggal di pondok dengan menggunakan mobil bak bersama anaknya teman ayahku. Setelah mendaftar, aku langsung merapikan isi lemari dan barang-barang, lalu beberapa jam kemudian ibu mendatangiku dan memberi sejumlah uang, karena pada saat itu orangtuaku akan kembali pulang, ketika orangtuaku sudah pergi aku merasa terharu karena untuk pertama kalinya aku akan tinggal sendiri. Kebetulan saat itu sedang bulan Ramadhan, pihak pondok membuat program sanlat (Pesantren Kilat) selama tiga minggu untuk agar santri baru bisa beradaptasi dengan kegiatan atau rutinitas yang ada di pondok pesantren.

Aku mulai berkenalan dengan santri baru atau santri lama yang ada di ruangan itu (kamar/gurfah), aku mulai memiliki teman, kami selalu melakukan kegiatan bersama-sama seperti makan, mencuci pakaian, belajar mengaji dan masih banyak lagi. Setelah program Sanlat selesai santri diperbolehkan untuk pulang karena ada libur satu minggu sebelum akhirnya tahun ajaran baru dimulai.

Pada tahun pertamaku sekolah dan tinggal di pondok aku masih belum bisa melakukan beberapa hal secara mandiri seperti mencuci seragam putih dan menyetrikanya, ibu berpesan supaya seragam dicuci dan disetrika oleh kaka sepupuku karena dia khawatir kalo seragamnya malah luntur jika dilakukan olehku. Begitu pula dengan uang jajan selama dua minggu, dititipkan pada kaka sepupu supaya aku tidak boros saat memakai uangnya.

Tidak sampai disitu pada tahun kedua aku bersekolah dan tinggal disana, tepatnya saat aku duduk di kelas 8, aku mulai bisa melakukan berbagai hal secara mandiri dan tidak menagandalkan kaka sepupu. Aku sudah dapat mengatur keuangan dengan baik sehingga aku dapat menyimpan uang itu untuk kepentingan yang lain. Setiap akhir semester, di pondok biasanya akan dilaksanakan Ujian Santri yang diadakan satu tahun sekalu. Setiap dilaksanakannya US aku selalu deg-degan karena setiap santri akan diuji 3 kemampuannya yaitu membaca kitab, qiroat dan ceramah, ujian itu dilakukan dan disaksikan di depan seluruh santri.

Tahun ketiga tinggal di pondok membuatku bosan dan lelah karena kegiatan di pondok yang cukup padat , mulai dari bangun tidur jam 3 subuh sampai tidur lagi jam 11 malam, dan banyak peraturan yang menurutku itu sangat mengekang. Hari demi hari ku jalani seperti biasanya, tapi disini aku mulai tidak betah dengan lingkungan ini, aku selalu merasa ingin pulang dan bertemu orangtua. 

Akhirnya setelah 3 tahun sekolah di MTs (Madrasan Tsanawiyah) aku dinyatakan lulus pada tahun 2018, setelah acara kelulusan selesai aku mulai membereskan pakaian dan barang-barang yang akan di bawa pulang ke rumah, saat itu aku di antar pulang oleh ayahku. Awalnya aku bingung akan melanjutkan pendidikanku dimana tapi setelah berpikir ulang, aku ingin bersekolah di sekolah umum karena aku belum pernah merasakannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun