Mohon tunggu...
abdul ash
abdul ash Mohon Tunggu... wiraswasta -

Sambutlah mentari pagi dengan senyuman, burung-burung, bumi, dan langit. Jangan engkau mencela langit.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rindu yang Tertawan

8 Oktober 2013   12:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:50 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mataku Tak Dapat Terpejam.

Memandang Jauh, Kelangit-Langit Rumah, Yang Terbuat Dari Papan.

Terbayang Indah, Wajah SangKekasih Pujaan.

Yang Kini Jauh Berada Disebrang.

Kini Ia Telah Pergi Meninggalkanku Dalam Kesendirian.

Demi Mengejar Sebuah Impian.

Seperti Kunang-Kunang Yang Ingin Menjadi Bintang,

Yang Selalu Menerangi Dikegelapan Malam.

Rinduku Yang Tertahan.

Seolah-Olah Menjadi Tawanan.

Cinta Dan Kesetian, Menjadi Perisai Sebuah Kehidupan

Didalam Kerinduan Yang Mendalam, Aku Akan Tetap Bertahan

Tetaplah Kau Menjadi Bintang.

Yang Mampu Menerangi Seluruh Alam

Dan Janganlah Kau Kembali Menjadi Kunang-Kunang.

Yang Hanya Mampu Menerangi Padang Ilalang Yang Gersang

Selamat Jalan Sayang.

Semoga Apa Yang Kamu Cita-Citakan Menjadi Sebuah Kennyataan


Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun