Mohon tunggu...
Abdul Mutolib
Abdul Mutolib Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan pegiat literasi

Penulis buku teks pembelajaran di beberapa penerbit, pegiat literasi di komunitas KALIMAT

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Covid-19 Tak Kunjung Hilang, Ini Tiga Pelajaran Pentingnya

28 September 2020   10:59 Diperbarui: 28 September 2020   11:05 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi Nabi shalat tahajjud adalah wajib. Hal ini untuk memberikan kekuatan ruhaniah kepada Nabi saw dalam mengemban tugas dakwah yang sudah barang tentu menghadapi tantangan yang sangat banyak dan sangat berat. Banyak pemimpin besar yang meraih berbagai kegemilangan, dan di balik kegemilangan itu terselip kebiasaan beribadah tertentu yang luar biasa seperti puasa sunnah dan shalat tahajjud, seperti pada pribadi sang penakluk Eropa Muhammad Al Fatih.

Adapun pendekatan lahiriah rasional, yaitu dengan mengikuti hukum sebab akibat berdasarkan ilmu pengetahuan. Dalam kehidupan ini, tidak cukup hanya bergantung pada keajaiban dari Allah, tanpa ikhtiar rasional. Dalam menghadapi pandemi ini  ada sebagai masyarakat yang abai terhadap ushaha lahiriah seperti menjaga jarak, memakai masker, dan sering mencuci tangan. Mereka merasa cukup dengan mendekatkan diri kepada Allah dan bertawakkal.

Padahal Allah Swt telah mendeklarasikan bahwa Ia tidak akan mengubah kondisi yang menimpa suatu kaum selama mereka tidak berikhtiar untuk mengubahnya (QS. Ar-Ra'd:11) Allah Swt juga memerintahkan Rasulullah saw berhijrah untuk keberlangsungan dakwah Islam. 

Ketika berperang Nabi juga diperintahkan untuk menyiapkan kekuatan pasukan (QS. Al-Anfal:60), meskipun Allah bisa memenangkan pasukan beliau tanpa persiapan itu. Ketika perang Nabi saw juga melakukan strategi dan taktik perang seperti yang dilakukan pada perang Khandak misalnya, beliau membuat pertahanan dengan menggali parit sepanjang 5 km lebih dan lebar sekitar 4 meter.

Ketiga, pentingnya memanfaatkan nikmat sehat dan sempat untuk mengoptimalkan amal.

Pandemi  covid-19 ini banyak membatasi mobilitas dan aktivitas kita. Tidak hanya aktivitas  keduniaan tetapi juga aktivitas ibadah. Tapi masih beruntung pembatasan itu tidak seperti ketika terjadi wabah tha'un di Syam pada  masa khalifah Umar yang harus mengungsi ke gunung-gunung. Kita sekarang hanya disuruh mengurangi aktivitas di luar rumah.

Saat seperti inilah sangat terasa betapa nikmat sempat yang diberikan oleh Allah sangatlah berharga. Oleh kerena itu Allah Swt dan Rasul-Nya mengingatkan kita agar tidak menyia-nyiakan saat-sata muda, sebalum datang  saat-saat uzur, tidak menyia-nyiakan saat kaya sebelum datang saat papa, tidak menyia-nyiakan masa sehat sebelum datang saat sakit, dan tidak menyiakan masa hidup sebelum datang kematian.

Sungguh beruntung orang yang terbiasa memanfaatkan waktu-waktu hidupnya selama ini untuk berkerja dengan sungguh-sungguh dan beribadah dengan sungguh-sungguh dan istiqamah. Sehingga saat datang musibah pandemi ini ia memiliki cukup bekal untuk menghadapinya.

Dalam hal ibadah Rasululullah saw bersabda: Apabila seorang hamba itu sakit atau bepergian, dicatatlah untuknya pahala ketaatan seperti apa yang ia kerjakan di waktu ia sedang di rumah dan dalam keadaan sehat (HR. Bukhari dan Muslim)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun