Mohon tunggu...
Abdul Azis
Abdul Azis Mohon Tunggu... Seniman - Belajar menulis

Mencoba belajar dengan hati-hati, seorang yang berkecimpung di beberapa seni, Tari (kuda lumping), tetaer, sastra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Membujuk Setangkai Kertas di Mata Maria

25 November 2020   08:07 Diperbarui: 25 November 2020   16:18 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***
17 November Tanpa Perkiraan Cuaca Bahwa Akan Turun Hujan.


" Kaka!."

Kembali lagi dan untuk kesekian lagi yang basah. Suara seorang gadis menikamku dari belakang. Bimbang menoleh, bingung memilih ; lihat atau biarkan? Pasar batin mulai tawar menawar. Harga pas tancap gas. Harga los tutup tas.

"E... Kaka ni santai sa to. Kaka son suka ko kalau beta mau kenal deng kaka? Jangan cuek begitu la."

Langkah kakiku tertahan tubuh gadis itu. Kini ia lebih nekad dari kejadian sebelumnya. Ia lebih menyala dari api-api yang melahap tungku ibu. Ia lebih dari senja dan dongeng keberuntungan bagi mereka yang memetik sepertiga malam.

"Kaka berdua bisa masuk su ko?. Yang lain su masuk ni!."

Kali ini tak ada lagi. Entah, terserah, yang mungkin lebih berdaging menjadi kunci menemani kepalaku yang pecah karena suara gadis-gadis di jurusan ini.


"Baik kawan-kawan. Hari ini merupakan hari dimana kawan-kawan menjadi satu Anggota keluarga yang kami beri nama 'KERTAS 18' Silahkan menjadi keluarga yang penuh dengan hal-hal baik. Menjadi keluarga yang kalah-menang, susah-senang selalu seirama berjalan. Menjadi rumah setiap orang tertawa, berbagai saat duka, merawat makna dalam ketulusan persaudaraan dan cinta. Kami keluarga ' CERPEN 16' Mengucapkan selamat datang dan selamat menjadi pribadi anak muda yang matang."

Untuk kali ini suntikan pesan dari ketua panitia begitu mekar sekalipun ia bukan tumbuhan yang punya akar. Menular seperti virus sapi mengajak kambing untuk menikah. Memanggang isi hati untuk gadis yang sedih melihat datangnya jerawat.

" KERTAS-18."

Tiba-tiba saya teringat wajah gadis itu. Gadis yang sering membuatku marah dan sebentar melamun tentang mengapa tidak laki-laki yang hamil?. Gadis yang begitu pasrah tanpa mempertebal bibirnya dengan lipstik agar terlihat seksi seperti perut para petarung gulat.

Gadis itu Maria. Maria yang menyodorkan kepadaku setangkai surat. Diam hp-diam di dalamnya banyak hal yang ingin ia ceritakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun