Malam yang indah, ditemani segelas kopi dan alunan musik yang menyejukkan hati. Tak terasa, sudah setengah halaman aku menulis tentangmu. Menulis kata manis yang pernah terucap, dan mengukir janji yang pernah tersirat.Â
Aku tak kuasa berfikir, ternyata orang yang aku kagumi dan aku hargai semudah itu melupakan janjinya. Sungguh itu membuatku gelisah. Bagiku, janji itu adalah sesuatu yang sakral dan kita tak boleh mengabaikannya.Â
Janji itu seperti sebilah pedang yang tajam, dan pedang itu telah keluar dari wadahnya. Pedang yang bisa saja melukai diri kita sendiri atau orang lain. Pedang adalah simbol keperkasaan dan kekuatan. Pedang juga merupakan bentuk keberanian, juga bisa menjadi penjaga untuk melindungi tuannya. Jangan biarkan pedang itu tumpul karena kita tak bisa merawatnya.Â
Begitupun sebuah janji, terkadang banyak yang lalai dan tak menghormati janji yang terlontar dari mulutnya sendiri. Janji merupakan sebuah keniscayaan untuk kita tepati. Orang yang tak menepati janjinya dia tak pantas kita hargai atau kita kagumi. Perasaan itu mulai menggeliat dibenak ini. Benarkah ini, Orang yang baik itu mulai terkikis oleh jaman dan yang aku kagumi haruskah mulai luntur diterpa angin. Entahlah, serasa tak percaya jika itu dirimu yang baru. ternyata semudah itu engkau berubah, dan melupakan janjinya.Â
Aku ingin menulis pesan disini. Dibawah keheningan malam. Aku ucapkan, Selamat tinggal orang baik. Selamat datang kekecewaan. Aku akan mengenang dirimu yang dulu. Dirimu yang baik hati dan selalu tersenyum manis kepada setiap orang. Bagiku, kamu orang yang istimewa yang tak pernah mengenal kasta dan jabatan. Itulah dirimu yang dulu.Â