Makna Puasa ala Ulama Nusantara, Hamzah Fansuri
Ketika bulan Ramadan tiba, mayoritas umat Islam berpuasa dengan menahan lapar, haus, dan hawa nafsu dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Namun, tahukah kamu bahwa puasa itu bukan sekadar menahan lapar dan dahaga? Seorang ulama besar Nusantara bernama Hamzah Fansuri memiliki pandangan yang unik dan mendalam tentang makna puasa. Yuk, kita eksplor lebih jauh!
Siapa Hamzah Fansuri?
Hamzah Fansuri adalah seorang ulama sufi dan penyair besar dari Aceh pada abad ke-16. Beliau dikenal sebagai perintis tasawuf di dunia Melayu dan penyebar ajaran mistik Islam yang sarat makna spiritual. Beberapa karya monumental beliau antara lain:
Asrar al-'Arifin - Mengungkap rahasia makrifat dan perjalanan menuju Tuhan.
Syarab al-'Asyiqin - Syair-syair penuh cinta kepada Allah.
Al-Muntahi - Menggambarkan perjalanan ruhani menuju kesempurnaan.
Ruba'i Hamzah Fansuri - Puisi pendek tentang kebijaksanaan spiritual.
Syair Perahu - Mengibaratkan kehidupan sebagai perjalanan spiritual.
Makna Puasa dalam Perspektif Hamzah Fansuri
Berbeda dengan pandangan fikih pada umumnya yang lebih mengutamakan aspek lahiriah, Hamzah Fansuri lebih menekankan makna batiniah dan spiritual dari puasa. Berikut adalah beberapa pemikiran beliau tentang puasa yang diungkapkan dalam karya-karyanya:
1. Puasa sebagai Penyucian Jiwa
Dalam kitab "Asrar al-'Arifin", Hamzah Fansuri menekankan bahwa puasa bukan hanya tentang menahan makan dan minum, tetapi juga menahan hati dari segala keinginan duniawi. Beliau menulis:
"Berpuasa itu hendaklah dengan qalbu,
Bukan hanya lapar dan haus yang menggebu,
Apalah guna menahan nafsu,
Jika qalbu tetap penuh debu."
--- Asrar al-'Arifin
Pandangan ini mengajarkan kita bahwa hakikat puasa yang sesungguhnya adalah membersihkan jiwa dan hati dari sifat-sifat tercela seperti sombong, iri, dengki, dan cinta dunia.