Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Plesetan "Tempat Jin Buang Anak" Hal Biasa, Mengapa Jadi Luar Biasa?

26 Januari 2022   23:25 Diperbarui: 27 Januari 2022   15:22 1319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi Jin Buang Anak.Dibuat oleh Penulis dari berbagai sumber.

Mereka tidak tersinggung mendengar kawasannya disebut "tempat jin buang anak," karena sudah terbiasa dengan sebutan itu dari orang lain.

Mereka juga mendengarkan lontaran kalimat itu dalam sentuhan yang halus atau mungkin saja mereka menduga orang yang memberi penilaian justru tidak paham.

Mereka tidak tersinggung dan lebih semangat memberi beberapa alternatif lain yang lebih dekat ke jalan raya.

Namun jika rekan saya itu menambah cerita dengan bumbu-bumbu kasar misalnya "Di sini hanya banyak hantu, gendoruwo, kuntilanak dan hanya monyet-monyet yang mau ke sini" mungkin orang-orang yang  mendengar saat itu bisa sakit hati, setidaknya akan meninggalkan kami daripada ribut.

Jadi sebuah anekdot atau plesetan atau sebutan humor bisa menyakitkan jika disampaikan secara kasar (dalam tekanan suara maupun kasar dalam isi ucapan atau ke duan-duanya). Kesan yang timbul dari sana merendahkan orang lain.

Terlalu mudah tersulut emosikah kita mendengar kawasan kita hanya untuk tempat jin, kuntilanak, gendoruwo dan monyet-monyet?

Kalau dilontarkan dengan tambahan bumbu keras lainnya (misal kampret, monyet dan lainnya) apalagi disampaikan oleh tokoh kelompok tertentu dan sejenisnya siapapun otomatis mudah tersinggung.

Apakah orang yang tersinggung artinya cita rasa atau selera humornya rendah? Selera humor yang tinggi pun musti dikemas oleh dalam seni humor yang tinggi juga. 

Salah satu parameter humor tinggi adalah menjaga etika halus. Jika sepenyampai humor menyampaikan secara kasar artinya dia tidak perduli orang lain akan tersinggung. 

Jika plesetan "tempat jin buang anak" berdiri sendiri dan tidak terhubung dengan kalimat lain maka plesetan itu adalah sebuah humor biasa, tapi  jika dirangkai dalam cerita atau teks kasar yang panjang maka itu menjadi luar biasa, tepatnya "tidak berlogika."

Kalau orang lain sudah tersinggung tentu saja secepatnya meminta maaf secara elegan. Tanpa menangis juga tanpa memperlihatkan gestur membela diri apalagi sambil tersenyum menahan tawa merasa diri benar.

abanggeutanyo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun