Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Bagaimana Cara Berdamai dengan Virus Corona

29 Juni 2021   07:30 Diperbarui: 29 Juni 2021   12:27 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : saturdayeveningpost.com

Hampir 18 bulan terakhir planet bumi ini telah berusaha dengan berbagai cara bagaimana melumpuhkan virus corona (SARS-Cov-2) dengan segala persoalan yang dibawanya. 

Secara keseluruhan, upaya tersebut jauh dari berhasil. Kesan yang terjadi malah sebaliknya virus corona semakin ganas, seperti membuat giliran pada siapa yang belum mendapat serangan.

Ada negara awalnya nyaris tak mampu diserang belakangan menjadi negara dengan jumlah orang terinfeksi paling banyak setidaknya hingga saat artikel ini dibuat.

Ada juga sejumlah negara awalnya seperti lumbung virus corona, belakangan memperlihatkan penurunan yang sangat signifikan

Namun ada juga sejumlah negara lain sejak awal pandemi sampai kini terus menerus diserang virus corona

Upaya pencegahan sebaran virus corona di tanah air (dan seluruh dunia) telah dilaksanakan secara terorganisir dari pusat kota besar hingga ke desa-desa dalam beberapa bentuk berikut :

  • Pengenalan pandemi Covid-19 untuk masyarakat
  • Model pencegahan dari 3T (Testing, Tracing and Treatment) telah dilakukan
  • Sosialisasi protokoler standar melalui 3M telah gencar dilaksanakan dari kota sampai desa
  • Obatan alternatif sebelumnya (Klorokuin, Avigan dan lain-lain) telah diupayakan
  • Pola hidup bersih, menggunakan APD,  menjaga jarak, Work From Home, PSBB, Lock Down, Karantina dan PPKM telah dilaksanakan
  • Vaksinasi nasional telah dilakukan. Orang yang telah mendapat 1 kali bahkan 2 kali suntikan bisa diserang kembali

Faktanya virus corona tak mau beranjak pergi bahkan sedang bermutasi menjadi 11 varian baru yang berbeda dengan cara leluhurnya (SARS-Cov-2) menyerang.

Lahirnya 11 varian baru itu menandakan virus corona tidak akan beranjak lagi dari planet bumi kita dan mungkin saja statusnya menjadi endemik (bukan lagi pandemi) pada satu negara dengan ciri tersendiri. 

Endemik adalah kehadiran suatu penyakit atau infeksi secara terus menerus yang biasa terjadi dalam suatu wilayah geografis.

Perlu waktu bertahun-tahun memusnahkan covid-19 sebagaimana beberapa penyakit endemik pernah hadir dan akhirnya musnah dari sebuah negara dalam waktu bertahun-tahun misalnya Kusta dan TBC di Indonesia, Hepatitis B di sejumlah negara, Malaria di Afrika dan lain-lain. 

Jika satu varian saja (SARS-Cov-2) perlu waktu 1-2 tahun mengatasinya maka kita butuh waktu setidaknya 11 tahun lagi sampai benar-benar mampu mengatasi 11 varian virus corona.

Total 13 tahun planet bumi terasa dibikin redup oleh virus sangat unik tersebut. 

Tidak perlu sekolah tinggi-tinggi  menduga apa kira-kira yang akan terjadi pada masa depan sebuah negara dan penduduknya dalam kondisi bertahun-tahun sebagai berikut :

  • Berhutang pada negara lain guna membayar gaji pegawai dan penyediaan kebutuhan pokok
  • Memberlakukan Lockdown, PSBB, PPKM dan sejenis dengan itu
  • Siwa dan Mahasiswa tidak pernah belajar tatap muka lagi
  • Para orang tua dihinggapi stres dan putus asa
  • Para lulusan universitas susah mendapatkan lapangan pekerjaan
  • Orang sakit semakin banyak memanfaatkan BPJS
  • Perusahaan-perusahaan belum mampu menyerap tenaga kerja

Mungkin terlalu tinggi berasumsi 11 tahun, baik gunakan saja angka asumsi terendah, 3 tahun lagi! 

Selama 3 tahun ke depan akan semakin sering terdengar "jeritan" ibu-ibu yang  bosan, tidak sanggup lagi membimbing anaknya belajar online.

Di sisi lain, mahasiswa, pekerja harian, buruh, pedagang, pengusaha, perusahaan swasta hingga BUMN akan kolaps, bangkrut dan menyisakan orang-orang putus harapan, terenggutnya kebahagiaan dan akan banyak yang sakit jiwa.

Jadi perlukah kita "bedamai" saja dengan virus corona?

Gagasan  "berdamai dengan Covid-19 atau Corona" pernah disampaikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 7 Mei 2020. Hanya saja istilah berdamai disebutkan Jokowi bersifat temporer yakni sampai ditemukan vaksin yang efektif.

Pada saat itu Jokowi mengatakan "Sampai ditemukan vaksin yang efektif kita harus hidup berdamai dengan covid-19 untuk beberapa waktu ke depan."

Vaksin yang efektif itu seperti apa? Berdasarkan kajian ilmiah efektifitas Sinovac masing-masing berbeda dengan Pfizer, Moderna, Sputnik V, Jhonson and Jhonson, AZ dan lain-lain, padahal belanja vaksin terbanyak Indonesia untuk pembelian Sinovac.

Istilah berdamai dengan Covid-19 pun pernah penulis ulas di sini pada edisi 17 Mei 2020 dengan judul "Mengapa Kita Perlu Berdamai dengan Corona?" 

Kini pemerintah Singapura berencana berdamai dengan virus Corona atau Covid-19 dalam blue print (panduan) New Normal yang sangat logis dan cerdas, diantaranya fokus angka infeksi hanya kepada penderita gejala berat sehingga rumah sakit dapat melayani dengan maksimal.

Mungkin Singapura terinspirasi dengan negara lain yang secara diam-diam telah menyiapkan rencana tersebut seperti Selandia Baru, Islandia, Mauritius dan Vietnam. Mungkin juga termasuk negeri leluhur virus Corona itu sendiri, China.

Selain itu Italia juga sudah menemukan harapan baru. Negeri Pizza tersebut kini sudah tidak berlakukan kewajiban mengenakan masker lagi.

Piala Euro 2020 sedang berlangsung dengan sangat meriah, sebentar lagi Olimpiade Tokyo 2020 juga akan diselenggarakan, semuanya memberi inspirasi untuk semua.

Cepat atau lambat ide dan cara Singapore berdamai dengan corona akan menjadi inspirasi sejumlah negara, kecuali JIKA negara tersebut memang senang berada dalam  zona nyamannya.

abanggeutanyo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun