Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Oknum Bos Kimia Farma "raih" 30 Juta Sehari, Kita Dapat Apa?

1 Mei 2021   01:49 Diperbarui: 8 Mei 2021   04:33 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi rapid test antigen. /Unsplash/Mika Baumeister via BeritaKBB.com

Terbongkarnya mafia penjual stik bekas pakai untuk swab antigen di Bandara Kualanamu Medan membuat banyak orang terkesima, ternyata masih ada orang atau sekelompok orang tampaknya "tenang-tenang saja" melanggar protokol kesehatan (Prokes), padahal pelanggaran itu berdampak pada peningkatan kasus dan sebaran baru baru Covid-19.

Orang-orang berpendidikan biasa, hidup berpeluh keringat mencari rezeki menyambung hidup hari ini saja kini makin menyadari perlu menerapkan prokes karena kuatir terinveksi covid-19 atau menularkan pada orang lain. Langkah pencegahan prokes paling sederhana mereka lakukan adalah memakai masker.

Namun jika ada kelompok secara ekonomi sudah mapan, berpendidikan tinggi, sudah paham betul dengan teori mencegah sebaran virus corona tapi justru mereka yang menistakan prokes tersebut, rasa-rasanya tidak ada sebutan yang paling tepat untuk mereka selain sebutan "Tidak Manusiawi."

Sejumlah petugas PT. Kimia Farma Diagnostika (cucu perusahaan Kimia Farma) yang buka gerai di Bandara Kualanamu terbukti menggunakan stik bekas pakai untuk swab antigen.

Seharusnya mereka tahu bahwa barang bekas itu termasuk kategori limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Ini adalah salah satu penegasan terlarang dan sudah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan (KMK) 3602 Tahun 2021.

Tindakan mereka tergolong mencelakai dan merugikan manusia di tengah upaya negara bahkan dunia melawan Covid-19.

Menurut pengembangan polisi, selama 3 bulan beroperasi mereka telah meraup pendapatan sedikitnya 1,8 miliar rupiah dengan rincian rata-rata jumlah penumpang yang diswab setiap hari 100 orang x 90 hari x Rp 200.000 (biaya swab antigen). 

Jika jumlah rata-rata penumpang melebihi 100 orang setiap hari, hitung sendiri berapa pendapatan dari ulah manusia yang tidak manusiawi tersebut.

Menurut hasil pengembangan terkini, Plt Business Manajer Laboratorium Kimia Farma Medan, berinisial PM mendapat Rp 30 juta dalam sehari untuk dirinya sendiri dari pelayanan di Kualanamu.

Bukan jumlah pendapatan dan keuntungan yang mereka raup itu jadi fokus artikel ini, fokusnya adalah perbuatan tersebut mencederai dan membahayakan kelangsungan hidup orang banyak yang sedang berperang melawan Covid-19.

Seperti tidak ada rasa empati melihat negara menghabiskan ratusan triliun dan orang-orang sedang berkorban demi waktu agar pandemi dapat segera berakhir, jangan sampai terjadi pandemi gelombang dua atau apapun sejenis itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun