Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Terhadang Pandemi Covid-19, Semangat Inovator Asap Cair Tempurung Kemiri Ini Menginspirasi Kita

28 Agustus 2020   17:32 Diperbarui: 28 Agustus 2020   17:29 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Asap cair atau "Liquid Smoke" atau "Wood Vinegar" tidak asing lagi tentunya bagi kita karena sudah dikenal sejak lama. Tetapi sekadar mengulangi, asap cair adalah hasil pengembunan uap dari pembakaran bahan-bahan yang mengandung lignin, hemiselulosa dan senyawa karbon lainnya.

Melalui proses pirolisa dan destilasi berkali-kali menghasilkan aneka produk asap cair seperti antiseptik, aroma, perasa dan pengawet dan limbahnya bisa menjadi arang aktif.

Jika diturunkan lebih spesifik lagi (misal) dari produk anti septik bisa menghasilkan salep, cairan anti gatal dan sebagainya. Begitu juga untuk aroma (pewangi), perasa dan pengawet bisa mengahasilkan aneka produk turunan tentunya melalui proses lebih lanjut.

Asap cair itu TIDAK saja untuk kebutuhan bidang Industri Pangan atau Farmasi tapi juga bermanfaat untuk industri Kayu, Peternakan dan Perkebunan bisa mendapatkan manfaat asap cair.

Kayu yang diolesi asap cair mampu bertahan lebih kuat dari serangan rayap. Sementara untuk furnishing meubel campuran asap cair dapat menghadirkan ketahanan warna kuning keemasan lebih awet.

Sementara itu di bidang perkebunan asap cair berfungsi sebagai anti bakteri dan anti oksidan dan anti jamur.


Tentu saja yang mengatakan itu bukan penulis. Hasil penelitian dilakukan sejumlah ahli di seluruh dunia memberi informasi manfaat asap cair sebagaimana disebutkan pada contoh-contoh di atas.

Salah satu peneliti dan penemu (Inovator) asap cair dari limbah tempurung kemiri adalah ibu Sulhatun ST MT. Beliau adalah salah satu dosen pengajar di Universtitas Malikussaleh Lhokseumawe yang kini sedang mengikuti sidang terbuka Doktoral di Fakultas Teknik Proram studi teknik Kimia di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

Penelitian itu tidak terjadi singkat begitu saja tetapi perlu beberapa tahun lamanya. 

Awalnya pada 2012 ia sedang mencari tema untuk disertasi S3-nya. Ketika ia turun ke pedalaman Aceh Utara dan Birueun dia melihat tempurung kemiri "berserakan" dimana-mana. dari situ timbul idenya menciptakan asap cair dari tempurung kemiri. Ketika itulah ide pertama menghasilkan asap cair dari limbah tempurung kemiri tersebut muncul.

Sebelumnya sudah ada penemu asap cair lainnya tetapi dari limbah tempurung KELAPA yaitu alm. Profesor Darmadji.

Dengan penuh keyakinan ia mempersiapkan diri melakukan penelitian-demi penelitian yang menguras tabungan pribadi. Bahkan suatu ketika sampai harus jual mobilnya, tapi apa daya hanya berjalan seadanya. Penelitian belum membuahkan hasil.

Pada 2014 dia memperoleh bantuan riset dengan memenangkan hibah riset terapan dari ristek Dikti selama 3 th berturut.

Tahun pertama mendapat bantuan "persoalan klasik" masih terjadi. Dana bantuan hanya bisa untuk membeli tabung reaktor berkapasitas 100 kg hampir 200 juta rupiah sehingga ia dan mahasiswanya harus peras otak menciptakan konsep tabung reaktor disain sendiri sistem single unit. Setelah itu baru minta bantuan pada tukang las profesional merakitnya.

Pada 2015 sedikit demi sedikit permasalahannya diatasi. Bantuan Riset Dikti tahap 2 ia bisa menambah satu unit lagi reaktor yang diparalelkan sehingga menambah kualitas asap cair yang dihasilkan dari awalnya pekat jadi lebih jernih.

Pada 2016 pengujian terus dilakukan hingga asap cair yang dihasilkan benar-benar telah bening akan tetapi pengujian lainnya pun tetap dilakukan untuk pengembangan produk apa saja yang dapat dihasilkan dari berbagai unsur atau senyawa yang dihasilkan oleh asap cair tersebut.

Dari sana dia menemukan fakta bahwa dalam asap cair menemukan unsur dan senyawa yang dapat digunakan untuk beberapa manfaat disebutkan diatas. 

Tetapi ternyata itu BELUM sempurna karena dalam asap cair yang dihasilkannya masih mengandung unsur Tar. Ia berusaha bagaimana agar Tar itu bisa dipisahkan secara total dari asap cair melalui alat destilasi yang juga dirancangnya sendiri. 

Pada 2017 Tar sudah dapat dipisahkan dari asap cair tersebut sehingga pada 2018 merencanakan pilot plant (skala besar) untuk tujuan uji coba pada beberapa kolega dan rekan sejawat. 

Pada 2019 ibu Sulhatun kembali memperoleh bantuan untuk calon Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (CPPPBT) dari Ristekdikti untuk pengembangan alat Pyrolisa Double Unit Condensor 4 in 1 yang bisa menghasilkan 4 produk asap cair dari 1 kali proses.

Secara umum ia menjelaskan pada penulis bahwa hasil temuannya melalui proses yang penulis sederhanakan sebagai berikut :

  • Dari proses pirolisa dan destilasi menghasilkan asap cair yang dapat digunakan untuk industri perkebunan dan industri peternakan.
  • Sementara itu asap cair grade 3 hasil pirolisa dan destilasi diperoleh produk  asap cair sbg flovour dan antiseptik. 
  • Selanjutnya dilakukan destilasi 2x pemurnian untuk menghasilkan asap cair sebagai bahan pengawet alami.  
  • Produk samping berupa Tar dipergunakan untuk membuat briket atau arang aktif.

Mudah sekali kelihatannya bukan?

Dengan temuan itu ia otpimis akan memproduksi asap cair dari limbah tempurung kemiri untuk tujuan komersil dengan menyiapkan berkas administrasi untuk aneka pengurusan surat izin dan sertfikat.

Setelah seluruh rangkaian panjang itu terealisr, Ibu Sulhatun membuat perusahaan yang diberi nama PT. Forganic Bioenergi Global. Di dalam SK Menteri Kehakiman Nomor AHU-0021842.AH.01.01. Tahun 2019. Perusahaan itu telah terdaftar pada 28 April 2019. Di sana ia duduk sebagai komisaris.

Guna memperkuat temuannya ia telah memperoleh hak paten untuk alat temuannya bernomor : BRP628/S/III/2019 yang diterbitkan Diretorat Paten Dirjen Kekayaan intelektual Kemnkum HAM Republik Indonesia pada Maret 2019 lalu.

Selain itu juga telah memperoleh Nomior Induk Berusaha (NIB) nomor 9120302562909 pada 30 Mei 2019 dan juga telah memperoleh Surat Izin Usaha Pedagangan. 

Perusahaan ini juga telah memperoleh Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) nomor 427/1174/2018.

Sementara itu sertifikat Halal dan BPOM sudah diajukan dua bulan yang lalu tetapi belum keluar hingga sampai saat artiukel ini dibuat.

Aneka Produk Asap Cair yang menunggu proses Komersial. Peneliti dan Pihak terkait dalam sebuah acara Pameran di Jakarta pada awal 2019 lalu (sebelum Covid-19). Gambar: Dokumen penulis diproleh dari Peneliti
Aneka Produk Asap Cair yang menunggu proses Komersial. Peneliti dan Pihak terkait dalam sebuah acara Pameran di Jakarta pada awal 2019 lalu (sebelum Covid-19). Gambar: Dokumen penulis diproleh dari Peneliti
Akhir 2019 dengan tingkat keyakinan yang sudah mantap, perusahaan tersebut bersiap "lepas landas" jika telah mengantongi beberapa izin dan dokumen disebut di atas. 

Bahan baku dan persediaan telah disiapkan di pelataran pabrik yang berlokasi di jalan Cot Teungku Nie, Reuleut Aceh Utara dekat Unimal untuk melakukan produksi komersial.

Tenaga kerja dan sistem pemasaran telah diatur sedemikian rupa. Botol-botol dan kemasan telah disediakan untuk produksi massal pertama.

Tapi apa daya, pandemi covid-19 datang membantai hampir semua sendi ekonomi dan usaha tak kecuali perusahaan masih bayi yang satu ini.

Rencana terbengkalai dimana-mana. Bahan baku, persediaan terpapar panas dan telah membusuk. Tenaga kerja seadanya memilih mundur. Pabrik mini yang awalnya memberi harapan bergairah kini tampak sunyi dan kosong melompong tak tahu sampai kapan.

Beberapa peralatan dalam pabrik juga sudah digondol maling karena tidak ada aktifitas yang dapat dilakukan lagi sejak beberapa bulan terakhir. 

Penelitiannya bertahun-tahun dan bayi perusahaannya langsung "Knock Out" ketika baru lahir.

Pupus harapankah ibu Sulhatun dengan kondisi saat ini? Jangan berharap itu terjadi pada dosen yang telah menerima aneka penghargaan berikut ini :

  1. Piagam penghargaan program Riset Terapan  dari Kemristekdikti 2014-2016
  2. Penghargaan pada Program CPPBT sebagai Inovator inovasi Indonesia Expo  dengan produk Asap Cair Tempururng Kemiri  dari Kemristekdikti Tahun 2017 di Surabaya.
  3. Piagam penghargaan pada Program CPPBT sebagai Inovator inovasi Indonesia Expo dengan produk Alat pyrolisa Asap Cair dan Alat Pemurnian Asap Cair dari Kemristekdikti Tahun 2019
  4. Piagam penghargaan pada Program PPBT sebagai Inovator pada Acara  Inovator inovasi Indonesia Expo dengan produk  FORGANIC dari Kemristekdikti Tahun 2019

Hasil temuannya telah di Publikasi dalam Journal berjudul “Effect of pyrolysis Temperature and Time of Liquid Smoke Product From Candlenut Shell By Pyrolysis Process, has been published in Scopus indexed Journal  INTERNATIONAL JOURNAL OF ADVANCED SCIENCE AND TECHNOLOGY Vol 28 No 20, (2019), PP 01-08.

Kini inovator itu sedang mengumpulkan sisa "kekuatannya" agar dapat melangkah lagi ke skala pabrikasi setelah pandemi ini berakhir. Dia telah melihat potensi pasar produk turunan dari asap cair sangat menggiurkan di luar negeri sementara bahan bakunya berlimpah di Aceh. 

Dia juga berharap kelak dapat membuat pusat riset Kemiri (Kemiri Research Center) di Unimal mengingat Aceh merupakan salah satu daerah penghasil kemiri terbesar di Indonesia meskipun mulai tergerus oleh hadirnya lahan sawit.

Dalam kesibukannya mondar-mondar Lhokseumawe - Medan untuk menyelesaikan S3-nya ia menceritakan semua ini kepada penulis di Medan dengan data dan fakta serta dokumen-dokumen sejak 2 bulan yang lalu sehingga memudahkan penulis menyimak "jalan ceritanya" dari awal hingga akhir dan menuliskan dalam artikel ini setelah proses "tanya-tanya" puluhan kali.

Mungkin saja darinya kita temukan inspirasi, bagaimana berjuang menemukan dan membentuk sesuatu untuk menghasilkan produk yang memiliki nilai tambah meskipun dalam segala keterbatasannya. Meski badai covid-19 datang menerpa dan langsung memprokporandakan bayi perusahaannya tapi harapannya tak akan sirna.

Setelah pandemi ini berakhir semoga inovator PT. Forganik Bioenergi Global ini dapat merealisasikan langkahnya membuka lapangan kerja, menghasilkan produk bernilai tambah lebih tinggi. Mungkin saja membantu pemerintah daerah khususnya Aceh Utara menjadi salah satu eksportir produk asap cair suatu saat nanti.

abanggeutanyo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun