Salah satu tempat penularan covid-19 kini adalah kapal pesiar, salah satunya kapal pesiar mewah milik Inggris, "Diamond Princess." Kapal yang sedang membawa lebih kurang 3000-an orang itu tertahan di luar pelabuhan Yokohama Jepang sejak 3 Februari 2020 lalu setelah salah satu penumpangnya pertama sekali terinveksi Covid-19.
Sejak saat itu kapal pesiar tersebut seakan jadi salah satu konsentrasi karantina terbesar di luar daratan China karena seluruh penumpang tidak diperkenankan turun dari kapal itu selama 14 hari yaitu pada 17 Februari 2020 hari ini.
Informasi diperoleh dari Guardian beberapa jam lalu saat tulisan ini dibuat melaporkan bahwa terdapat 99 penderita virus corona yang baru di kapal tersebut sehingga total penumpang yang terserang Covid-19 jadi 454 penumpang, artinya hampir 6% penumpang kapal pesiar ini terserang Covid-19.
Kapal pesiar itu tiba di Yokohama pada 3 Februari 2020 membawa 3.711 penumpang dan kru kapal tetapi tidak diperkenankan masuk pelabuhan oleh pemerintah Jepang karena salah satu penumpang kapal itu pria berusia 80 tahun yang sebelumnya turun di Hong Kong pada 25 Januari 2020 terbukti terpapar virus tersebut pada 1 Februari 2020.
Kepada pemeriksa pria tersebut mengaku pernah berkunjung ke daratan China sebelum pesiar dengan kapal Diamond Princess yaitu pada 10 Januari 2020. Sumber : ini.
Saat ditahan di luar pelauhan Yokohama, Diamond Princess membawa 2666 penumpang dan 1.045 kru kapal (total 3.711 orang). Sebagian dari penumpang adalah warga Jepang.
Kemudian ada sekitar 400 warga AS, serta puluhan penumpang lainnya dari berbagai negara termasuk 87 orang dari Indonesia sebagaimana dilansir dari The Telegraph edisi hari ini 17/02/2020.
Seluruh penumpang dikarantina di dalam kapal itu selama 14 hari. Salah penumpang adalah Kent Frasure adal Portland, Oregon AS yang terpaksa bertahan di dalam kamarnya sendirian selama 14 hari sendiri karena istrinya positif terpapar positif Covid-19.
Hari ini 17/2/2020 sebagian besar penumpang telah dievakuasi dari kapal itu sekaligus mengakhiri hidup bagaikan dalam penjara.
Setiap penumpang DILARANG meninggalkan kabinnya dan jika berinteraksi menggunakan masker dan menjaga jarak minimal 2 meter diterapkan otoritas Jepang untuk penumpang selama di dalam kapal.
"Hidup diperlakukan seperti tahanan dan penjahat saat ini," keluh Alan padahal sedang berbulan madu dengan pasangannya (Wendy).
Menyikapi Diamond Princess, beberapa perusahaan kapal Pesiar kini telah mengambil langah antisipatif terhadap kapal-kapal yang mereka operasikan.
Perusahaan Princess Cruises dan Carnival Cruises telah menerapkan langkah dramatis yakni melarang setiap calon penumpang dalam 14 terakhir (sebelum naik kapal) pernah atau mengunjungi daratan China.
Royal Caribbean bahkan melarang selama 15 hari seperti di atas tetapi termasuk Hong Kong. Tindakan ini dilakukan karena 1 dari 4 orang penumpang asal China yang turun di pelabuhan Bayonne New Jersey dicurigai terkena covid akhirnya dinyatakan positif terjangkit virus tersebut.
Sejumlah perusahaan kapal pesiar misalnya Norwegian Cruises Line dan Caribbean Line masih enggan mengatakan ada atau tidak ada kaitannya antara penrurunan penjualan dengan hadirnya Covid-19 yang mulai menggelegar awal Januari 2020 lalu.
Beberapa agen perjalanan mengatakan telah mulai menampakkan dampak negatif berupa penurunan pesanan 10% - 15%, sebagaimana diungkapkan oleh Tariro Mzezewa,salah satu kolumnis NY Times pada 12 Februari 2020 lalu.
Animo calon penumpang berlibur dengan kapal pesiar saat ini mulai menurun dengan semakin banyaknya calon penumpang membatakkan perjalanan mereka.
Royal Caribbean harus mengembalikan uang penumpang senilai 4 juta USD untuk sejumlah penumpang yang membatalkan tiket pesiar 4 hari di kapal-kapal perusahaan tersebut.
Perusahaan jalur pelayaran yang juga mengoperasikan kapal pesiar lebih dari 50 puluhan perusahaan dari AIDA Cruses perusahaan milik Jerman hingga Voyages to Antiquity milik Inggris. Kapal pesiar Diamond Princess dalam kasus ini adalah milik perusahaan Carnival Coperation & Plc milik Inggris.
Jika masing-masing perusahaan itu memiliki risiko yang sama (4 juta USD) maka total kerugian seluruh perusahaan kapal pesiar itu adalah 200 juta USD. Mungkin itu terlalu besar dan agresif, ambil saja 20% dari kisaran tersebut yakni 40 juta USD. Bukankah angka kerugian ini sangat besar?
Kerugian itu belum termasuk biaya perawatan kapal bekas virus Covid-19. Beberapa kapal pesiar ada yang dilarang bersandar ke pelabuhan saat ini seperti dialami The Westerdam, yang milik Carnival Coperation dilarang merapat ke Pelabuhan Thailand baru-baru ini, makin besar kerugiannya.
Begitulah kira-kira dampak kerugian di dunia usaha kapal pesiar saat ini seiring dengan ditemukan para penderita Covid-19 di sejumlah kapal.
Meskipun kita tidak berharap tampaknya Covid-19 telah menghantui dunia usaha kapal pesiar setidaknya jadi mimpi buruk untuk beberapa bulan ke depan.
abanggeutanyo