Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Turki Mengancam, Pasukan Suriah Mengganas

17 Februari 2020   19:47 Diperbarui: 17 Februari 2020   20:35 996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: thetop10news.com edisi 16-2-2020

Ancaman Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan akan membumi hanguskan pasukan suriah (SAA) di seluruh medan tempur fron di Idlib, Hama dan Aleppo bukan gertak sambal. Ratusan pasukan Suriah (SAA) dan milisinya telah jadi korban terutama dalam periode perang Februari 2020 saja.

Dalam periode Februari saja ribuan pasukan Turki (TSK atau TAF) dan milisinya telah dikirm ke dalam wilayah Suriah ke seluruh pos pemantau dan pos tambahan  didalam wilayah Suriah.

Dukungan pasukan komando Turki dilengkapi Tank berat dan kendaraan lapis baja, howitzer artileri mutakhir serta roket jarak pendek telah membuat situasi makin mencekam, setidaknya bikin warga pada areal yang dikuasai pemberontak meninggalkan pemukiman mereka ke arah perbatasan Turki.

Akibat perkembangan signifikan dan makin vulgarnya Turki membela pasukan pemberontak membuat kekuatan pasukan pemberontak berubah drastis sejak awal Januari 2020 hingga saat ini (16-2-2020) saat tulisan ini sedang dibuat. 

Sejak pengerahan kekuatan besar-besar Turki, ratusan pasukan Suriah dan milisinya telah jadi korban. Dua helikopter Suriah luluh lantak di udara akibat serangan manpad (rudal panggul anti pesawat) yang dilepaskan kelompok bersenjata pemberontak dalam sepekan terakhir bikin Rusia dan Suriah menghentikan penggunaan helikopter di atas medan pertempuran saat ini.

Selain mengerahkan kekuatan untuk menggetarkan lawan, Turki juga memainkan peran negosiasi besifat menekan. Informasi terkini Erdogan minta agar pasukan Rezim Assad dan milisinya agar keluar dari Idlib (Provinsi Idlib) secepatnya, sekaligus meralat target waktu yang ditetapkan sebelumnya hingga akhir Februari 2020.

Sebelumnya seberapa kali timbul ketegangan akibat cara dan gaya Rusia mendukung pasukan Suriah yang bukan saja memporak porandakan pertahanan milisi dukungan Turki tetapi juga menyasar ke kawasan pos pemantau hingga dianggap dapat membahayakan posisi tentara mereka di sana.

Kecewanya Turki pada Rusia sampai tidak tertahankan, beberapa kali menyikapi ketidak puasan pada langkah Rusia dengan membiarkan pasukan Rusia menjalankan patroli sendirian di kawasan fron utara.

Turki juga mengancam akan mundur dari perjanjian Sochi dan Nur Sultan atau Astana melihat implementasi perjanjian tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Ironisnya meski seperti itu kondisinya Turki berulang kali mengatakan tidak akan mengeluarkan posisi tentara mereka dari sejumlah pos pemantau di dalam wilayah Suriah.

Sebagaimana diketahui ada 12 pos pemantau Turki disetujui hasil perjanjian Astana. Kini dari 12 pos tersebut 7 pos telah terkepung seiring dengan jatuhnya kawasan dikuasai pemberontak ke tangan pasukan Suriah.

Dalam kondisi terjepit beberapa pemberontak berlindung ke pos pemantau Turki di tambah dengan pergerakan pasukan Turki tidak pada tempatnya hingga membuat pasukan SAA yang berada di kawasan Saraqib menyerang pos Turki dengan roket hingga menewaskan 14 personil Turki. 

Pasukan Turki balas melancarkan serangan serentak dari 12 pos pemantau mereka ke arah posisi SAA hingga menewaskan 51 pasukan SAA dan milisinya. Tak cukup sampai disitu, Turki tidak saja mengancam akan menggempur sengit hingga ke Damaskus tapi juga menambah lagi kekuatan secara massif. 

Di isi lain Turki memperlihatkan makin terbuka membantu pemberontak, termasuk menyerahkan sejumlah manpad yang terbukti makan korban 2 heli Rusia.

Tak terhitung berapa kali Turki sesuka hati membuat barikade dan pos tambahan di sejumlah lokasi strategis yang akan dilalui pasukan SAA untuk menyerang pemberontak yang kian terdesak. 

Dalam tindakan lain Turki sengaja memotong jalur arah serangan SAA lalu mengeluarkan ancaman akan melakukan pembalasan berat jika SAA melanggar kawasan tersebut.

Namun apa yang terjadi kemudian? Yang terjadi justru sebaliknya. Gerak maju SAA seakan tidak terbendung menerjang ketakutan dan ancaman di tengah tercabiknya indentitas sebuah bangsa dan negara berdaulat oleh negara lain.

Setelah merebut Maarrat al Nukman kota strategis penghubung Damaskus- Hama - Aleppo pada Januari 2020 ketajuhan kota-kota lainnya bagaikan efek domino. Jatuhnya kota utama itu seakan melumpuhkan logistik, pertahanan dan jalur distribusi bawah tanah pemberontak serta menjadi tempat perlindungan selama 8 tahun perang Suriah.

Gerak maju sangat cepat. Kota super strategis Saraqib yang berada di segi tiga gerbang kota Idlib jatuh ke tangan SAA hampir tanpa perlawanan. Sampai di sini SAA tampaknya "menghormati" ancaman Turki agar tidak masuk ke kota Idlib yang hanya berjarak 7 km dari Sarqib.

SAA membelokkan arah serangan ke timur laut atau ke arah provinsi Aleppo dengan tujuan melepaskan "kutukan" di kawasan Distrik Zahra pinggiran kota Aleppo yang telah jadi semacam jebakan maut untuk SAA selama 8 tahun perang Suriah di kota Aleppo dan sekitarnya. Kawasan ini sangat sult ditembus SAA seperti dataran tinggi di Kabanah, Lattakia.

Strategi lainnya adalah melepaskan kawasan Khan Tuman, sebuah kawasan depot logisitik raksasa Suriah sebelum perang terjadi. Beberapa kali yang telah dicoba tembus dari sisi lain kawasan Aleppo tetapi buntu bagaikan menembus tembok berlapis super baja. SAA akhinya menunda merebut kawasan tersebut sejak 2018 lalu. 

Senin 10/2/2020 lalu gerak cepat SAA dari arah Saraqib juga dilakukan SAA dari arah Aleppo sehingga aksis Saraqib dan Aleppo "bertemu" di Khan Tuman. Keduanya kemudian berbagi arah lagi,  SAA didukung milisi Iran konsentrasi ke arah Aleppo dan SAA dukungan Rusia (The TIger Force yang telah berganti nama menjadi resimen misi khusus ke 25) mengarah ke perbatasan Turki.

Sebagaimana terlihat pada gambar peta olahan penulis ambil dari liveuamap.com di bawah ini, SAA didukung milisi Iran akhirnya mampu membebaskan distrik Zahra pada 16 Februari 2020. 

dokumentasi olahan penulis berdasarkan leveuamap.com edisi 15 dan 16 Februari 2020
dokumentasi olahan penulis berdasarkan leveuamap.com edisi 15 dan 16 Februari 2020
SAA masih memberi kesempatan pasukan pemberontak "minggat" tanpa tembakan. Akibatnya, sejumlah pemberontak di kawasan tersebut membiarkan pasukan SAA menguasai kawasan tersebut tanpa sebutirpun peluru ditembakkan alias tanpa perang.

Kini ada sebuah kota kota besar lagi di luar Aleppo yang sedang dikepung yakni Anadan. Tampaknya jatuhnya kota ini ke tangan SAA tinggal menungug waktu saja karena seluruh rute dan suplai logistik telah diputus oleh SAA.

Pasukan Turki sepertinya mulai membaca situasi sesungguhnya terjadi setelah melihat fakta kekalahan demi kekalahan telak pasukan pemberontak. Gerak maju signifikan pasukan SAA, hilangnya luas wilayah sangat signifikan,  kalahnya petempur milisi dukungan Turki dimana-mana dan potensi perpecahan dengan Rusia tampaknya bukan sesuatu yang menarik lagi bagi Turki.

Secara lambat tapi pasti Turki akan mengubah strategi langkah terakhir harapannya atas Suriah dengan melakukan bargaining dengan Rusia. Tampaknya Turki berharap ibu kota Idlib (Idlib City) dan Manbij sebagai kunci tawar menawar meredakan ketegangan dengan Rusia.

Fakta yang terjadi beberapa hari belakangan adanya dialog demi dialog dilakukan sejumlah petinggi Turki dan Rusia serta menggeliatnya serangan Turki di pinggiran kota Manbij menandakan adanya perubhan strategi tersebut. Dengan demikian tidak tertutup kemungkinan Turki akan membelokkan targetnya dengan melepas Idlib (kecuali Idlib city  hingga ke perbatasan Turki) dan menguasai Manbij.

Benar saja, pada saat tulisan ini sedang dibuat, pasukan Turki telah merangsek ke kawasan desa Umm al Jalud dan desa Umm Adasat al-Faraj yang dikuasai SDF. Didukung artileri dan roket milisi dukungan Turki (TFS) mencoba masuk dari desa perbatasan yang dikuasai TFS. Selain itu Turki juga sedang mmbombardir kawasan kota Tell Rifat yang dikuasai YPG (dukungan Suriah).

Dari sini kita dapat memetik pelajaran bahwa ancaman gajahpun pun belum tentu membuat semut-semut rela kehilangan rumahnya dengan cara diinjak-injak atau diancam-ancam. Mungkin ada cara lain (Gajah atau Turki) melakukan untuk mengalahkan lawannya, dalam hal ini Suriah.

abanggeutanyo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun