Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Kini AS Jadi "Korban" Adu Siasat Turki di Utara Suriah

9 Agustus 2019   07:20 Diperbarui: 9 Oktober 2019   23:36 2994
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source : thedefensepost.com. Pasukan AS dan Turki melaksanakan patroli bersama dekat Manbij, Suriah pada 8 Nopember 2018 lalu. Image: US Army/Spc. Zoe Garbarino

Turki memang tidak tergoyahkan seteguh karang karakter pemimpin nasionalnya Recep Tayyip Erdogan dalam adu strategi kerja sama dan politik di segala bidang di negara sendiri maupun dengan negara lain. 

Setelah "menang" adu siasat dengan Iran dan Rusia kini Turki pecundangi AS di utara Suriah

Melalui serangkaian pertemuan Astana terbukti Turki menang yang banyak di Suriah. Dengan kata lain Turki menang tanpa perang melawan dua "sahabat" tersebut.

Turki kini leluasa mencapai kawasan terdalam Suriah (dekat Hama) sejauh 100 Km membangun pos pemantau ke 9 (dari 12 pos) dekat kota Morek, Hama. 

Dengan hak tersebut Turki leluasa memberi bala bantuan apapun kepada milisi dukungannya dalam payung pasukan pembebasan Suriah (pemberontak) termasuk persenjataan, pasokan milisi baru dan memindahkan milisi yang terluka dari Suriah ke rumah sakit terdekat di perbatasan Turki-Suriah.

Selanjutnya Turki adu strategi melawan AS saat melihat kerja sama AS dan Kurdi Suriah makin kuat dan mesra. Kedekatan keduanya dapat membahayakan posisi Turki karena Kurdi berada dalam komando Syrian Democratic Force (SDF) terdiri dari YPG notabene afiliasi kelompok PKK yang telah 3 dekade angkat senjata melawan pemerintah dan militer Turki.

Entah itu alasan sebenarnya atau ada tujuan politik lain di balik itu Turki gerah luar biasa. Tidak khawatir akan memburuk hubungan dengan AS yang sejatinya adalah komando persekutuan NATO tapi tidak membuat Erdogan sungkan apalagi minder. Erdogan tetap mengatakan dan menyampaikan apapun keinginannya pada AS.

Turki memperlihatkan keseriusannya. Mobilitas angkutan logistik dan personil dikerahkan secara intensif sepanjang 400 Km antara Jarabulus di barat hingga ke Diar di bagian timur (dalam kawasan Suriah yang dikuasai SDF).

Beberapa kali artileri Turki menembakkan pelurunya ke arah posisi SDF di beberapa lokasi. Meski tidak banyak makan korban tapi serangan sporadis itu efektif menimbulkan pesan psikologis bahwa Turki akan siap menyerang.

Erdogan telah berulang kali mengingatkan dan mengancam akan menyerang kawasan SDF dalam waktu dekat. Frase "dalam waktu dekat" itu terus bergulir dari awal 2019 hingga terkini sebelum kespekatan dengan AS akhirnya dicapai pada 7 Agustus 2019 lalu.

Beberapa keinginan Turki adalah, ingin melaksanakan joint operation bersama AS. Selain itu hak seperti apa didapatkan dari AS dalam kawasan security zona tersebut. JIka AS tidak ingin berkerja sama, Turki mengancam akan membuat zona penyangga keamanan sendiri sedalam 32 Km. 

Ancaman seperti itulah bikin AS tidak bisa lelap dalam tidurnya melihat Turki bak gadis manis yang manja sedang merengek minta perhatian. Jika tidak diperhatikan gadis manja penuh pesona itu akan pindah ke lain hati yakni pemuda ganteng dan bertanggung jawab, Rusia.

Mirip makan buah simalakama dan demi menjaga kehormatan mitranya (SDF) rombongan AS dipimpin utusan khusus AS untuk masalah Suriah, James Jeffrey mengadakan pertemuan maraton dengan Turki sejak 2 Agustus hingga berakhir 6 Agustus dengan detail keputusan yang belum jelas. 

Persetujuan secara umum yang dikutip dari berbagai media adalah:

AS setuju bekerja sama dalam pusat komando operasi pada koridor zona aman akan tetapi tidak setuju dengan pola join operasi seperti di Manbij.

Setuju memberi akses demiliterisasi sedalam 5 Km dan kemudian tambahan sedalam 9 Km lagi tapi harus bersih dari senjata berat Turki. Dengan demikian total kedalaman yang disetujui AS adalah 14 Km (sumber: reuters.com edisi 7 Agustus 2019).

Turki sumringah! Hampir separo yang diminta Turki disetujui AS. Tak disangkal Erdogan mengatakan itu adalah kemenangan politik bagi negaranya. Tampaknya Turki sangat puasa dengan prestasi tersebut meski memperoleh hampir 50% saja dari target negosiasinya dengan catatan AS komit dengan apa yang dijanjikannya. Dengan kata lain selama AS tidak menertawai kesungguhan "gadis cantiknya" Turki.

Entah sedang berbunga merayakan kemenangannya, Erdogan pun melepas pernyataan yang kontan bikin mata Putin berbinar yakni bersumpah tidak mengakui Crimea sebagai bagian dari Rusia. Erdogan mengatakan hal itu di hadapan presiden Ukraina baru terpilih, Volodymyr Zelenskiy dalam kunjungannya hari Kamis ke Turki (sumber: themoscowtimes.com).

Apapun ke depannya yang penting saat ini Erdogan merasa kembali menoreh sejarah yakni mampu "melumpuhkan" AS dengan kepiawan politik dan diplomasinya tanpa perlu perang.

Iran, Rusia dan AS telah jadi "korban" siasat atau stretegi tokcer Turki yang cerdik tapi kuat. Konon terhadap negara lain tampaknya Turki akan memainkan kepiawaian yang sama dalam segala bidang dalam mempengaruhi negara lain. AS telah merasakannya. Semoga tidak dengan kita?

Salam Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun