Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Alergi Myanmar pada Rohingya dan Demokrasi

21 Mei 2015   21:01 Diperbarui: 9 September 2017   23:57 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hasil pemilu 1990 yang dimenangi oleh partai NLD yang mengusung Suu Kyi tidak diakui oleh penguasa Burma U Ne Win yang merasa terancam imperiumnya..

Tahun 2000, Suu Kye kembali ditahan. Meski mengecap 19 bulan dalam tahanan rumah tapi sangat menyiksa karena saluran telepon dan bacaan sama diputus oleh penguasa junta militer Myamnar.

Gelombang protes 2007 anti kenaikan harga BBM dan melonjaknya harga bahan pokok yang digerakkan oleh sejumlah organisasi agama Budha yang dimotori oleh biksu muda, lagi-lagi, ratusan biksu disiksa dan banyak yang menemui ajalnya di tangan besi junta militer yang tidak kenal belas kasihan. Militer menyerbu sejumlah pagoda, menyeret para biksu dan menyegel beberapa pagoda sehingga tak dapat digunakan beberapa minggu.

Seorang jurnalis Jepang yang sedang meliput adegan protes di jalan protokol dekat kantor Presiden, tewas bersimbah darah. Kenji Nagai ditembak dari jarak dekat oleh militer yang beringas saat itu.

Pembantaian terhadap sejumlah muslim Rohingya oleh etnis mayoritas Budha terjadi sejak 29 Mei 2012 hingga 3 Juni 2012. Etnis beragama Buhda seperti mendapat angin dari militer untuk membantai ratusan Rohingya di berbagai tempat di Myanmar.

Pada 18 Juni 1989, pemerintah Junta Militer mengubah nama negara dari Burma menjadi Myanmar. Di balik strategi menghilangkan kultur sejarah multi etnis yang melatar belakangi terbentuknya Burma pada masa lalu, rezim militer ingin menciptakan Myanmar satu bangsa di negeri tersebut sehingga secara tidak langsung mempertegas ras dan suku minoritas sebagai suku yang tidak diakui. Pemerintah AS mampu membaca gelagat tersebut, selain karena isu anti demokrasi, AS terpaksa tidak mengakui nama tersebut (tetap menyebut Burma) sampai kini, meski pers AS telah terbiasa menyebut Myanmar dalam aneka informasi berita mereka.

Pada 7 Nopember 2005, lagi-lagi Myanmar beraksi mengubah sejarahnya. Kali ini, ibu kota negara dari  Rangon (Yangon) dipindahkan ke Naypyidaw.

Pada 21 Oktober 2010, geliat pemusnahan sejarahnya terus berlanjut. Kali ini lagu kebangsaan dan bendera pun ikut diubah. Melengkapi sejumlah peristiwa sejarah penting yang pernah menghiasi Burma pada masa lalu.Myanmar dalam menjalankan prinsip-prinsip kebangsaan dan penegakan hak azasi manusia?

Sejumlah aksi bhiksu yang terjadi dalam beberapa kali sabotase terhadap muslim Myanmar sangat mencurigakan karena diantara penyerang yang menggunakan gaun bhiksu dengan ciri khas kepala plontos itu ternyata menggunakan hand phone dan alat komunikasi, sesuatu yang tidak wajar dalam penampilan bhiksu Myanmar. Beberapa analis mensinyalir telah masuk agen bhiksu ultra nasionalis pro militer yang sengaja diciptakan untuk penyamaran aksi oleh militer.

Issue SARA sangat sensitif pada masyarakat tradisional dan sumber pemicu paling potensial di Myanmar karena dipengaruhi oleh  Indeks Pembangunan Mnausia  (HDI)  masyarakatnya masih amat rendah. Menurut data PBB indeks pembangunan manusia Myanmar berada pada urutan 149 dunia dari 157 negara dalam laporan UNDP 2011.

Kini, sejumlah pengungsi Rohingya telah membanjiri laut Cina Selatan ke laut jawa dan melintasi Selat Malaka. Hampir 12 ribu orang Ronghya yang kebanyakan asal Bangladesh menjelajah ke Thailand, Malaysia dan terutama Indonesia. Sebanyak 2000-an Ronghya telah mendarat di Aceh khususnya Aceh Timur dan Aceh Utara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun