Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Soekarno dan Soeharto, "Jagoan" Antisadap pada Masanya

18 September 2019   12:49 Diperbarui: 18 September 2019   14:49 3106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: ISTIMEWA, ditayangkan melalui historia.id dan gerilyadjadoel. Kolase dibuat oleh penulis

Sejak dipatenkan 1888 oleh Alexander Graham Bell, sejarah mencatat, presiden pertama dunia yang pertama sekali menggunakan telepon adalah presiden AS, Rutherford B Hayes pada 1877. 

Setelah itu telepon mengalami revolusi perubahan dalam bentuk, fitur dan teknologi yang tidak terbendung hingga saat ini.

Salah satu fitur dan teknologi yang berusaha dikembangkan hingga saat ini adalah fitur antisadap. Fitur ini pertama sekali dikembangkan oleh salah satu perusahaan keamanan komunikasi di Swiss (Silent Circle) pada 2013 telah melemparkan produknya ke pasaran pada 2014 lalu yang diberi nama "Blackphone" berbasis Android. Harganya pada saat diluncurkan sekitar 630 dollar AS per unitnya.

Kini sudah banyak aplikasi yang disebut-sebut antisadap untuk Android dapat diunduh di Play Store salah satu aplikasi disebut mampu melakukan itu adalah ViaProtec. Tapi sejauh apa aplikasi yang disebut-sebut mampu menjalankan tugas antisadap apalagi membendung teknologi sadap milik National Security Agency (NSA).

Sesungguhnya jauh-jauh hari sebelum Android smartphone antisadap dan aplikasi anti sadap itu hadir, ternyata Presiden Soekarno dan Soeharto telah membuktikan telepon atau alat komunikasi mereka gunakan tidak mampu disadap bahkan oleh intelijen AS sekalipun.

Menurut kabar, Soekarno mampu mengecoh CIA ketika pilot AS, Allan Pope akan melakukan pengeboman Istana Negara ternyata Bung Karno tidak di lokasi sehingga Pope memindahkan rencana serangan terhadap konvoi ABRI (TNI) yang sedang dalam pergerakan pemadaman pemberontakan PRRI/Permesta pada 1958 di sekitar pantai Ambon.

Bahkan Soekarno mengetahui rencana serangan Pope. Sebagai panglima tertinggi sekaligus Presiden Seokarno memberi perintah tembak jatuh via telepon untuk terhadap pesawat B-26 Invader Auref (AU Revoluoner Permesta) sehingga Pope berhasil ditangkap.

Bahkan saat pembunuhan terhadap sejumlah jenderal dalam pemberontakan G30S PKI pun -entah benar atau tidak terlibat- Bung Karno bermalam di Halim dekat Lubang Buaya tempat penganiyaan dan pembuangan mayat jenderal tidak loyal.

Tidak ada yang mampu mengatakan Bung Karno terlibat pada saat itu. Tidak ada juga bukti-bukti penyadapan telepon Presiden meski Soekarno beberapa bulan sebelumnya telah dicurigai memihak dan membela PKI.

Berikutnya presiden Soeharto. Sosok "The Smilling General" pemimpin bangsa dan negara yang besar ini dikenal senang menggunakan telepon dalam beberapa hal, terutama saat menetapkan calon anggota kabinetnya. Untuk memastikan calon menterinya Soeharto sering meminta konfirmasi via telepon. Uniknya, belum pernah terdengar bocoran calon menterinya sebelum mendapat telepon dari Soeharto.

Selain itu, belum pernah kita dengarkan mantan pemimpin nasional kita ini merasa disadap teleponnya. Belum pernah terdengar telepon dan internet istana negara ditembus oleh alat penyadap.

Terlepas dari pihak berkompeten dalam hal itu tidak menyadari bahwa sesungguhnya telah terjadi penyadapan terhadap Soeharto dan membiarkan saja ketimbang "tidak bisa tidur" jika big boss tahu tapi sejauh ini belum pernah terdengar telepon presiden Soeharto pernah disadap.

Jadi apa rahasia Soekarno dan Soeharto bebas dari penyadapan? Mungkinkah karena mereka memiliki tenaga yang berkompeten di bidangnya pada masanya sesuai dengan tingkat kemajuan jaman pada saat itu atau teknologi komunikasi yang dipakai kedua mantan presiden itu sangat mumpuni pada masanya?

Kondisi anti sadap pada masa Soekarno dan Soeharto jauh berbeda dengan jamannya presiden SBY. Tanpa disadari telepon penting Presiden SBY dan ibu negara serta telepon Wapres ternyata tidak pilih kasih menjadi korban penyadapan.

Edward Snowden (buronan NSA saat itu) mengungkap pada 2013 telepon presiden SBY dan ibu negara disadap intelijen Australia. Telepon seluler SBY pernah disadap selama 15 hari pada 2009.

Peristiwa sama terjadi lagi terhadap SBY pascalengser dari presiden. Percakapannya dengan ketua MUI saat itu (Ma'ruf Amin) ternyata dibocorkan dalam sidang Ahok, kasus penistaan Agama, pada Januari 2017.

Kini kegiatan sadap menyadap makin "sedap" rasanya setelah KPK berulang kali sukses menggulung koruptor melalui operasi tangkap tangan (OTT) di berbagai tempat di tanah air. Kabarnya keberhasilan itu salah satunya dari hasil menyadap percakapan dan memecahkan sandi atau kode serta istilah yang dipakai koruptor dan komplotannya.

KPK, Polisi, TNI dan Kejaksaan mampu menembus benteng anti sadap alat komunikasi target mereka meski alat komunikasi itu telah ditanam alat anti sadap, apalagi fitur anti sadap kaleng-kaleng yang diunduh dari tempat unduhan gratis.

Tidak diketahui apakah diam-diam telah ada penyadapan dilakukan pihak manapun terhadap alat komunikasi mantan presiden lainnya apalagi terhadap Presiden Jokowi pada saat ini. Belum ada bukti tapi suatu saat nanti akan diketahui secara pasti, setidaknya ada upaya menyadapnya.

Kini isu melawan penyadapan oleh KPK semakin menggelegak sangat panas. Begitu kuatirnya penyadapan dilakukan KPK bikin ketar-ketir berbagai kalangan.

Para "gerombolan" yang merasa terancam kini coba melumpuhkan KPK melalui usulan RUU KPK terbaru yang salah satunya akan berisi tentang pembatasan penyadapan oleh KPK. Padahal soal sadap-menyadap itu bukan cuma kebutuhan KPK. Penyadapan juga dilakukan untuk kepentingan TNI dan Polisi serta BIN. Selain itu negara tetangga dan intelijen asing manapun dapat berusaha melakukannya.

Jika Soekarno dan Soeharto mampu melihat dari alam kubur betapa khawatirnya kini sejumlah gerombolan terganggu dengan aksi sadap-menyadap hingga pede memasang aplikasi kaleng-kaleng untuk membendungnya mereka berdua tersenyum melihatnya, entah kenapa.

Pada masanya mereka justru mampu memecah upaya penyadapan. Jika mau jujur, kedua pemimpin tersebut telah mampu membutikan anti sadap baik dilakukan oleh kawan maupun lawannya di dalam dan luar negeri.

Salam Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun