Salah satu kesimpulan diskusi setelah bukber tersebut adalah sebuah harapan, agar pemimpin Kota Banjar ke depan, lebih konsen terhadap dunia pendidikan, serta memiliki wawasan mendalam tentang persoalan budaya serta kearifan lokal Kota Banjar.Â
Baca Juga : Stop Politik Transaksional!
Diskusi PGRI
Ada sebuah pertanyaan yang cukup menggelitik dan "lucu" ketika salah seorang guru bertanya kepada penulis, bagaimana ceritanya seorang guru SMA bisa menjadi Ketua PGRI Cabang Banjar, Kecamatan Banjar.Â
Mengingat bahwa mayoritas anggota PGRI adalah guru SD, dan wajar jika mereka skeptis terhadap kepedulian saya kepada guru SD. Â
Pertanyaan tersebut saya jawab dengan isi pasal 4 AD ART PGRI tentang sifat PGRI, yaitu unitaristik, independen dan non partisan.Â
Unitaristik yang dimaksud adalah, sebagai organisasi profesi yang menjadi urat nadi perjuangan guru, PGRI tidak membeda-bedakan status perbedaan tempat kerja, ijazah, kedudukan, jabatan, agama, suku, ras, gender.Â
Artinya, PGRI bukan hanya milik sebagian guru dari tingkatan tertentu. Pada dasarnya, siapapun anggota yang mau berjuang bersama, anggota yang lain tidak harus merasa terganggu. Justru harus merasa senang, karena bertambah kawan seperjuangan.
Hidup Guru!Â
Hidup PGRI!Â