Mohon tunggu...
Encang Zaenal Muarif
Encang Zaenal Muarif Mohon Tunggu... Guru - Guru, Penulis Lepas, Youtuber, Petani, Pebisnis Tanaman

Tak kenal maka tak sayang. Guru Bahasa Inggris di SMA Negeri 3 Banjar, Kota Banjar, Jawa Barat. Pemilik kanal YouTube Abah Alif TV dan Barokah Unik Farm. Mantan wartawan dan Redaktur Pelaksana SK Harapan Rakyat. Ketua Yayasan Al Muarif Mintarsyah sekaligus pendiri SMP Plus Darul Ihsan Sindangkasih. Kini aktif di PGRI dan diamanahi sebagai Ketua PGRI Cabang Kec. Banjar dan sekretaris YPLP PGRI Kota Banjar. Untuk menyalurkan hobi menulis, aktif menulis di berbagai media cetak dan media online. Karena seorang anak petani tulen, sangat suka bertani dan kini menjadi owner Toko Barokah Unik Tokopedia, yang menjual berbagai jenis bibit tanaman, di antaranya bibit kopi, alpukat dan lain sebagainya.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Uncal : Obrolan Pasca Pemilu di Tempat Pangkas Rambut

27 Februari 2024   14:52 Diperbarui: 27 Februari 2024   20:56 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokrpi. Antri di pangkas rambut. 

Dalam Bahasa Sunda, uncal artinya rusa. Seekor hewan liar yang larinya cepat, kadang meloncat-loncat, tanduknya panjang dan bercabang. 

Nah, dalam tulisan ini, uncal yang saya maksud adalah kosakata yang kerapkali muncul di masyarakat, saat Pemilu 2024 digelar. 

Uncal adalah  akronim dari Usaha Nipu Caleg. Saya pun baru mengetahuinya dari sejumlah warga yang mengaku telah menjadi "uncal" pada Pemilu kemarin. 

Saat mengantri di sebuah tempat pangkas rambut kecil, 5  pria termasuk sang tukang pangkas sedang berkelakar tentang para Caleg. Demi ketertiban, keamanan dan stabiltas nasional, saya tidak akan sebutkan nama mereka sekaligus nama pangkas rambutnya, he. 

Saya takut, nanti tukang pangkas rambutnya didatangi dan ditutup oleh sahabat saya, Ketua Bawaslu Kota Banjar, Rudi Ilham Surawisesa, SPd.,he-he. 

Kisah Pria 1 : 

"Dari beberapa Caleg, saya memperoleh uang hingga Rp. 1,2 juta pak. Saya tidak minta, mereka yang datang ke rumah saya. Calegnya tidak datang langsung tapi mengutus tim sukses untuk membagikan uang," katanya.  

Alhasil, di hari pencoblosan, lanjut si pria 1, dia bingung untuk menentukan pilihan, ke Caleg mana dia harus mencoblos. 

"Saya stress pak, bingung mau pilih siapa. Saya juga punya nurani, takut dikira berkhianat. Akhirnya, di TPS, saya coblos saja semua caleg yang memberi saya uang," katanya diiringi tawa orang-orang di pangkas rambut. Saya pun ikut tertawa, mumpung tidak ada larangan untuk tertawa, hehe. 

Kisah Pria 2 : 

"Di rumah saya ada 2 hak pilih. Saya dan istri saya. Suatu hari, ada tim sukses yang datang dan memberikan uang Rp. 200.000. Mungkin dia mengharap uang sebesar itu untuk dua suara," kata si pria ke-2. 

Besoknya, kata dia, datang lagi tim sukses caleg lain, memberinya uang dengan nominal yang sama. Si pria dan istrinya pun bemuswayarah untuk menentukan pilihan. 

"Akhirnya kami membagi pilihan. Saya nyoblos Caleg A, dan istri nyoblos Caleg B. Adil kan? Hehe. Ya, hitung-hitung per suara Rp. 200.000 saja," kata sang pria terkekeh.  Untuk ke sekian kalinya, semua orang tertawa. 

Kisah Pria ke-3 (kakek-kakek usia 70-an)

"Waktu itu saya sedang jalan-jalan melewati sebuah gedung, yang di dalamnya sedang ada caleg berkampanye. Seorang laki-laki berpakaian serba hitam memanggil saya dan memberi Rp. 300.000 sambil menyebutkan nama Caleg," kata si kakek. 

Namun, saat pencoblosan, sang kakek lupa siapa nama sang Caleg. Akhirnya dia pun mencoblos semaunya saja. 

"Ah teuing saha atuh da Caleg nu mere duit ka Abah teh, gampang poho gening ari geus kolot kieu mah, akhirna mah ah sakainget we nyoblos teh (Ah nggak tahu siapa Caleg yang memberi Abah uang, maklum kalau sudah tua begini gampang lupa, akhirnya saya mencoblos sembarangan saja)," tutur sang kakek diiringi gelak tawa yang lain. 

Semua kisah di atas, asli bukan rekayasa, saya dengar langsung dari para pelaku, he. Saya menanggapinya dengan menghadirkan sisi sense of humor dalam jiwa saya. 

Mungkin mereka beranggapan bahwa Pemilu adalah pesta demokrasi, di mana rakyat berpesta pora, mendapatkan uang dengan cara mudah (tidak seperti keseharian mereka yang begitu sulit mendapatkan penghasilan). 

Pesta ini mereka nikmati dalam bentuk menerima hadiah dari caleg manapun sebagai manifestasi nyanyian mereka "Sorong ke kiri, sorong ke kanan," dan ketika kiri dan kanan beradu, mereka pun tertawa menikmati hasil sambil menutup lagu "tralalala lala...lala...lalaaaaa". 

Semoga tulisan ini bermanfaat, terutama bagi Anda yang suatu saat berniat nyaleg. Uncal ada di mana-mana. Waspadalah.... waspadalah... Kejahatan terjadi tidak hanya karena niat pelaku, tapi karena ada kesempatan, kata bang Napi, he-he.  Jika memang ingin memberi, niatkan sebagai sedekah. 

Ketika Anda ikhlas, maka Anda akan mendapatkan ganti yang lebih. Silahkan nyaleg dengan sepenuh hati, agar ketika kalah, Anda hanya sakit hati. Jangan nyaleg sepenuh jiwa, agar Anda tidak sakit jiwa kalau mengalami kekalahan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun