Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Doa yang Mendikte

2 Oktober 2021   08:14 Diperbarui: 2 Oktober 2021   08:19 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ini hanya sekelebatan ide dalam kepala. Ketika kita sakit, maka kita berdoa agar cepat sembuh. Lalu beberapa teman, keluarga dan  kerabat juga mendoakan untuk segera sembuh. Penyakit datang kepada kita dengan berbagai cara. Ada yang lambat maupun cepat. Ada yang jelas sebabnya, dan ada juga yang belum begitu jelas. Bagi kalangan bawah, periksa kesehatan secara rutin sangat-sangat jarang sekali dilakukan. Berusaha menghindari sakit, karena kalau sakit, siapa yang akan menyiapkan makanan untuk keluarga? Siapa yang akan bekerja mencari nafkah ke luar rumah? 

Sering kita dengar dari kalangan bawah. Seseorang sakit, pingsan di acara tertentu, lalu kemudian meninggal, dan seterusnya. Maka periksa kesehatan itu perlu. Paling tidak memahami gejala-gejala kesehatan dan memeriksakannya kepada profesional. 

Ketika kita sakit. Maka kenikmatan sehat itu diambil oleh Yang Punya. Ketika sakit, kita ingin segera sembuh. Kesembuhan adalah dari-Nya, dengan perantaraan obat, intervensi dokter, perawat, tabib, dan sebagainya. 

Kesakitan bisa menjadi wasilah ke kematian. Tapi ajal datang tanpa pemberitahuan. Kita sering mendengar kabar, bagaimana seorang penunggu pasien, malah dipanggil terlebih dahulu menghadap-Nya, daripada pasien. Maka ketika sakit kita berikhtiar agar segera sembuh, berdoa dan terus berpandangan positif. Dalam hati ada kepasrahan, karena Dia, yang akan menentukan kehidupan kita yang hakiki.

Maka para kerabat mendoakan kita untuk segera sembuh, semoga sembuh seperti sedia kala. Bahkan terkadang kita seperti mendikte, harus sembuh!!!!. Sebenarnya saat itu, saat kita sakit, kita akan benar-benar introspeksi diri, mengenang kesalahan-kesalahan diri dan perbuatan yang telah kita perbuat. Maka ada doa yang jarang kita panjatkan di media sosial.... Jika tokoh X ini dalam hidupnya terus berbuat kebaikan dan kebermanfaatan untuk umat dan bangsa... sembuhkanlah Wahai Dzat Penggenggam Kehidupan. Jika tokoh ini dalam hidupnya selama ini telah banyak membuat sengsara orang-orang yang dipimpinnya, berikanlah.... kesempatan untuk bertaubat, sehingga meninggal dalam keadaan akhir yang baik/husnul khatimah. 

Pandemi membuat kematian semakin akrab di telinga. Kita dan keluarga saling menjaga untuk selalu sehat. Jaga iman, jaga imun. Jargon yang khas ada di masyarakat Indonesia. Pasca pandemi ada definisi "long covid". Membuat kita menjadi  semakin awas tentang istilah kesehatan dan jaga kesehatan. Semoga ke depan, walau pandemi beralih jadi endemi, kita tetap selalu jaga iman dan jaga imun. Mempersiapkan diri untuk kematian dan kehidupan secara berimbang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun