TATKALA klub memenangkan treble winner yang melegenda era Sir Alex Ferguson, saya masih duduk dibangku kelas 2 sekolah Menengah Atas. Itupun tidak menyaksikan siaran langsung sebenarnya. Aku hanya mendengar obrolan teman-teman yang hobi bola pagi harinya ketika kami sekolah. Dari sana timbul rasa suka dengan klub ini.Â
Sejujurnya tidak tahu apa itu klub bola, liga hingga turnamen dunia. Wajarlah kami tinggal di pelosok desa yang untuk melihat siaran televisi saja, sudah sesuatu yang mewah. Kami tahunya hanya bermain bola sore hari atau di sekolah.
Tapi sejak itulah benih cinta itu muncul, hingga berubah menjadi sebuah kebanggaan sebagai penggemarnya.
Sebagai fans anyar, seiring berjalannya waktu mulai ngulik klub yang dijuluki setan merah ini. Mulai nama-nama skuadnya hingga sejarah panjang klub. Semisal tragedi Munchen, pasukan Class of '92, dan lain sebagainya.
Puncak kebanggaan ketika "Duo Dynamite", Wayne Rooney-Cristiano Ronaldo membawa piala Kuping Besar, liga Champion tahun 2008. Saya melihat secara langsung kalau itu. Masih di asuh Sir Alex Ferguson namun beda "angkatan". Rooney-lah gara-garanya.
Sejatinya, saya tumbuh mengenal sepak bola dalam skala luas dan global, bersamaan munculnya sosok Wayne Rooney ketika masih berseragam Everton. Dalam segi usia, kita sebelas dua belas, tak jauh beda. MU kepincut dan akhirnya bergabung dengan klub Manchester.
Wazza -sapaan akrabnya- tumbuh menjadi striker Wahid di liga Inggris. Ia memenangkan banyak gelar prestisius antara lain Premier League, Piala FA, Liga Champion dan Piala dunia Antar Klub.
Layaknya pepatah yang terkenal "Roda Berputar" maka klub inipun nyatanya tak kuasa menahan laju roda yang tengah berputar itu.Â
Sepeninggal Sir Alex Ferguson 2012 lalu, kapal besar nan megah bernama Manchester United itu dari tahun ke tahun; Gonta ganti pelatih, pemain keluar-masuk, ganti staf, bahkan teranyar Ineos masuk, belum menunjukkan komitmen kebangkitan. Klub selalu susah payah di liga, kompetensi Eropa dan kompetensi lainnya.
Era Jose Mourinho-lah, MU mampu meraih "Treble Mini" yakni Piala UEFA, Carling Cup dan Community Shield. Selebihnya hanya drama-drama klub yang kerap terjadi dan menjadi buah bibir pecinta bola. Saya pribadi mengibaratkan klub ini seperti negeri Konoha-ku saja, terlalu banyak hal yang perlu dibenahi, saking bobroknya.
Dan malam lalu, ketika klub menyambangi Tottenham Hotspur dalam lanjutan liga premier league, saya benar-benar kecewa dan kesal. Kalah lagi dari klub London itu.
Entah apa yang terjadi. Sejujurnya saya tak paham tentang formasi, permainan dan otak Atik taktik dalam sebuah permainan. Hanya saja yang saya ingin melihat adalah motivasi, spirit dan keinginan pemain untuk menang.Â
Ketika masih dilatif SAF, kita sebagai penggemar bangga dengan sikap dan etos kerja serta semangat pemain dalam pertandingan. "Kearoganan" pemain MU benar-benar sangat enak dilihat. Bagaimana Roy Keane, Eric Cantona, dan pemain-pemainnya lainnya tak mau kalah dengan pemain lawan.
Kalah adalah hal biasa, hanya saja ketika bermain zaman SAF tidak ada yang bermain "malas, asal-asalan, dan lembek-loyo". Dan sikap itu tidak kujumpai ketika sang Sir tak lagi mrnangani klub kebanggaan ku ini. Semakin kesini, apa yang aku lihat dulu sangat sulit ditemui. Semangat pemain, kengototan pemain bahkan "arogansi" sebagai pemain MU tak pernah terlihat lagi.
Celakanya lagi "amit-amit jabang bayi", melihat papan klasemen sementara MU turun diposisi 15 dengan koleksi 29 poin. Sedih. Prediksi dan guyonan degradasi semakin nyata malah semakin benar.
Kalaupun nanti klub turun divisi pada akhir musim, saya akan menghela nafas yang panjang. Bersedih pasti, tapi saya akan iklas. Ketimbang klub ini hanya menjadi guyonan dan dicap sebagai klub lawak.Â
Akan lebih baik klub "menormalkan" kembali, dan "digodok" lagi dalam lembah divisi Championship. Sehingga jika sudah mampu untuk berjalan dan tahu arah-tujuan klub akan kembali melesat tinggi. Sebagaimana dulu klub ini seharusnya berada; kandidat juara.
Sekali MU tetap MU! GGMU
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI