Entah apa yang terjadi. Sejujurnya saya tak paham tentang formasi, permainan dan otak Atik taktik dalam sebuah permainan. Hanya saja yang saya ingin melihat adalah motivasi, spirit dan keinginan pemain untuk menang.Â
Ketika masih dilatif SAF, kita sebagai penggemar bangga dengan sikap dan etos kerja serta semangat pemain dalam pertandingan. "Kearoganan" pemain MU benar-benar sangat enak dilihat. Bagaimana Roy Keane, Eric Cantona, dan pemain-pemainnya lainnya tak mau kalah dengan pemain lawan.
Kalah adalah hal biasa, hanya saja ketika bermain zaman SAF tidak ada yang bermain "malas, asal-asalan, dan lembek-loyo". Dan sikap itu tidak kujumpai ketika sang Sir tak lagi mrnangani klub kebanggaan ku ini. Semakin kesini, apa yang aku lihat dulu sangat sulit ditemui. Semangat pemain, kengototan pemain bahkan "arogansi" sebagai pemain MU tak pernah terlihat lagi.
Celakanya lagi "amit-amit jabang bayi", melihat papan klasemen sementara MU turun diposisi 15 dengan koleksi 29 poin. Sedih. Prediksi dan guyonan degradasi semakin nyata malah semakin benar.
Kalaupun nanti klub turun divisi pada akhir musim, saya akan menghela nafas yang panjang. Bersedih pasti, tapi saya akan iklas. Ketimbang klub ini hanya menjadi guyonan dan dicap sebagai klub lawak.Â
Akan lebih baik klub "menormalkan" kembali, dan "digodok" lagi dalam lembah divisi Championship. Sehingga jika sudah mampu untuk berjalan dan tahu arah-tujuan klub akan kembali melesat tinggi. Sebagaimana dulu klub ini seharusnya berada; kandidat juara.
Sekali MU tetap MU! GGMU
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI