Mohon tunggu...
AAT Manik
AAT Manik Mohon Tunggu... Orang Biasa

Suka menulis semampu dan semaunya.

Selanjutnya

Tutup

Bola

MANCHESTER UNITED, haruskah belajar dari nol lagi. Degradasi?!

18 Februari 2025   14:08 Diperbarui: 18 Februari 2025   14:08 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

TATKALA klub memenangkan treble winner yang melegenda era Sir Alex Ferguson, saya masih duduk dibangku kelas 2 sekolah Menengah Atas. Itupun tidak menyaksikan siaran langsung sebenarnya. Aku hanya mendengar obrolan teman-teman yang hobi bola pagi harinya ketika kami sekolah. Dari sana timbul rasa suka dengan klub ini. 

Sejujurnya tidak tahu apa itu klub bola, liga hingga turnamen dunia. Wajarlah kami tinggal di pelosok desa yang untuk melihat siaran televisi saja, sudah sesuatu yang mewah. Kami tahunya hanya bermain bola sore hari atau di sekolah.

Tapi sejak itulah benih cinta itu muncul, hingga berubah menjadi sebuah kebanggaan sebagai penggemarnya.

Sebagai fans anyar, seiring berjalannya waktu mulai ngulik klub yang dijuluki setan merah ini. Mulai nama-nama skuadnya hingga sejarah panjang klub. Semisal tragedi Munchen, pasukan Class of '92, dan lain sebagainya.

Puncak kebanggaan ketika "Duo Dynamite", Wayne Rooney-Cristiano Ronaldo membawa piala Kuping Besar, liga Champion tahun 2008. Saya melihat secara langsung kalau itu. Masih di asuh Sir Alex Ferguson namun beda "angkatan". Rooney-lah gara-garanya.

Sejatinya, saya tumbuh mengenal sepak bola dalam skala luas dan global, bersamaan munculnya sosok Wayne Rooney ketika masih berseragam Everton. Dalam segi usia, kita sebelas dua belas, tak jauh beda. MU kepincut dan akhirnya bergabung dengan klub Manchester.

Wazza -sapaan akrabnya- tumbuh menjadi striker Wahid di liga Inggris. Ia memenangkan banyak gelar prestisius antara lain Premier League, Piala FA, Liga Champion dan Piala dunia Antar Klub.

Layaknya pepatah yang terkenal "Roda Berputar" maka klub inipun nyatanya tak kuasa menahan laju roda yang tengah berputar itu. 

Sepeninggal Sir Alex Ferguson 2012 lalu, kapal besar nan megah bernama Manchester United itu dari tahun ke tahun; Gonta ganti pelatih, pemain keluar-masuk, ganti staf, bahkan teranyar Ineos masuk, belum menunjukkan komitmen kebangkitan. Klub selalu susah payah di liga, kompetensi Eropa dan kompetensi lainnya.

Era Jose Mourinho-lah, MU mampu meraih "Treble Mini" yakni Piala UEFA, Carling Cup dan Community Shield. Selebihnya hanya drama-drama klub yang kerap terjadi dan menjadi buah bibir pecinta bola. Saya pribadi mengibaratkan klub ini seperti negeri Konoha-ku saja, terlalu banyak hal yang perlu dibenahi, saking bobroknya.

Dan malam lalu, ketika klub menyambangi Tottenham Hotspur dalam lanjutan liga premier league, saya benar-benar kecewa dan kesal. Kalah lagi dari klub London itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun