Mohon tunggu...
Adi AninditaPutra
Adi AninditaPutra Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UIN WALISONGO

Mahasiswa yang gabut pengen belajar menulis aja

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Angon-angonan

24 April 2020   16:09 Diperbarui: 24 April 2020   16:14 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kata mereka dunia itu,
panggung nya sandiwara
tak pantas sepercikpun lidah meronta namun Tuhan dan kitabnya pernah berfirman
"tak kan ku ubah suatu kaum melainkan kaum itu yang merubahnya sendiri"
Lalu kau anggap apa itu?

Ntalah,
ini aku yang gila akan kebebasan
atau kau yang mulai lelah dengan tingkah ku
Ketika kata tak mampu bersatu,
rasa pun merota ingin menyoyak
argumen penuh arogan dari lidah tak bertulang yang dianggap lebih pedih dari sebuah pedang.

Ya lidah tak bertulang itu,
 kadang membuatku muak
akan senyum palsu penuh cemooh
Senyum palsu yang membuatku
mengerti mengapa ada hitam dan putih dalam dunia ini.

Mungkin,
Satu, dua atau tiga kata
cukup untuk membuatnya tumbang
kira kira siapa yang salah,
lidah itu atau kata itu?
Bukan,
bukan lidah itu atau kata itu yang salah

Pikirkan saja sendiri,
mengapa pedang tak terlihat itu bisa membunuhnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun