Ada ungkapan terkenal :Â "Orang yang sedang kasmaran mengira dunia ini milik mereka berdua yang lain ngontrak"
Bukankah hal ini bentuk keegoisan? Bukankah hal ini sama saja apatis dan tidak perduli tanggapan orang lain. Memang tidak semua tanggapan orang perlu kita dengar namun jika tanggapan itu baik dan benar lalu kita cuek dan menolak maka 100% jelas kita diposisi yang salah.
Seharusnya kita bisa empan papan. Mau memahami porsi hak-hak yang seharusnya kita jalankan : hak ke Tuhan, hak ke diri sendiri, hak ke keluarga, hak ke tetangga, hak ke teman, hak ke masyarakat dsb
Namun terkadang justru kasmaran dijadikan nomer wahid mengalahkan hak-hak itu. Padahal Tuhan Maha Pencemburu lho. Karena kasmaran itu egois sehingga orang kasmaran layak disebut pemabuk sebab kesadaran hak-hak memang tidak difikirkan sebab dunianya sudah dikuasai oleh kasmarannya (orang yang dicintainya).
Jika kasmaran hanya berkisah tentang kemesraan dan kepuitisan maka apa yang bisa diambil dari makna mencintai secara keilahian.
Jika kasmaran dijadikan nyala api untuk semangat menjadi lebih baik, juga dijadikan ajang-ajang kegiatan positif dan dijadikan energi untuk beramal lebih baik maka inilah kasmaran yang sejati. Kasmaran yang membuat manusia semakin menjadi manusia. Bukan malah seperti hewan.
Waspadalah Para Pecinta !
Yang seharusnya diwaspadai adalah efek dari mencinta. Dan ini pasti akan menyakitkan.
Begitulah cinta deritanya tidak akan pernah berakhir adalah paradoks mencinta. Orang yang dicinta pasti suatu saat ditinggal (entah mati, kawin lagi, selingkuh, etc) maka Betapa goblognya kalau menangis padahal ia sendiri yang memulainya. Sakitnya akibat ia sendiri yang memutuskan untuk mencinta. Goblognya lagi kalau bunuh diri gara-gara cinta, ia yang memulai ia yang mati. Dalam hal ini ternyata tidak mencinta malah bisa jadi lebih baik. Paradoks sekali, kan?
Sekarang, fikirkan ulang. Apakah kasmaranmu menjadikan kamu lebih baik ( sifat dan sikap ) atau malah menjadikan kamu seperti binatang ?