Mohon tunggu...
Aura
Aura Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja lepas

Menulis supaya tidak bingung. IG/Threads: aurayleigh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Serial Karantina Mandiri #2: Rumah yang Tidak Seperti Rumah

10 April 2020   10:15 Diperbarui: 10 April 2020   20:00 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lepas dari keluhan dalam hati, saya tak mau mengabaikan fakta bahwa saya tidak hidup sendiri. Di rumah, ada empat dewasa---termasuk satu lansia---dan dua anak-anak yang kesehatannya antara lain ada di tangan saya. Saya tak boleh lengah hanya karena merasa lelah.

Batang ai laga yang saya bawa dari Maumere untuk ditanam segera saya taruh di wadah berair. Saya menyertakan beberapa daunnya juga. Berjaga, kalau-kalau flu dan batuk datang pada saya suatu hari. Saya sangat menikmati mandi menggunakan air rebusan ai laga. Seluruh kelelahan dan perasaan penuh di hidung dan tenggorokan luruh bersama air yang membasuh tubuh.

Dinihari itu, saya tidur di kamar paling belakang, terpisah dengan anggota keluarga yang lain---sebelum mandi untuk yang kedua kalinya pada pagi hari. Saya hela nafas panjang. Sungguh, pengalaman pulang dari perjalanan kali itu membuat rumah tidak lagi seperti rumah bagi saya. Saya terasing dan lelah.

Penanganan lanjutan
Sebagai penanganan lanjutan atas perjalanan lima hari itu, saya berusaha menjaga kondisi tubuh tetap fit. Saya adalah tipe orang yang tidak begitu tertarik mengkonsumsi suplemen tambahan untuk tubuh, tetapi keadaan ini memaksa saya untuk mulai mencoba.

Untuk melengkapi vitamin C, saya mengkonsumsi setetes essential oil lemon---tentu saja yang edible---di air minum pagi tiap dua hari sekali. Saya juga mengkonsumsi vitamin E tambahan. 

Segala kegiatan yang bisa membuat fit tubuh saya, sebisa mungkin saya lakukan: minum air putih lima belas menit sekali, cuci tangan, berjemur, stretching tubuh di pagi hari, dan yang tak kalah penting, yaitu memperbaharui informasi tentang covid-19 dan mengeceknya segera ketika sumber dan kebenarannya masih diragukan.

Ketika santai, saya menanam batang-batang ai laga di halaman rumah dengan cara stek. Sebagian di dalam pot besar, sebagian lagi langsung di tanah. 

Sejujurnya, nama ai laga baru saya dapatkan beberapa hari yang lalu. Beberapa orang Maumere yang saya tanya tidak tahu nama tanaman yang sesungguhnya. 

Eka baru ingat nama sebutan itu setelah saya di rumah. Sebelumnya, saya berusaha mencarinya di mesin pencari dengan berbagai kata kunci, tapi tak berhasil.

Tanaman ai lagi atau legundi yang tumbuh subur di Maumere | Foto: Eka Nggalu.
Tanaman ai lagi atau legundi yang tumbuh subur di Maumere | Foto: Eka Nggalu.
Akhirnya, menggunakan fitur pencarian gambar di Google, saya berhasil mengetahui bahwa ai laga disebut legundi dalam bahasa Indonesia, atau Lagundi atau Lilegundi di Minang, Langgundi di daerah Sunda, Lagondi, 

Laghundi, Galumi di Sumba, Sagari di Bima, Laura di Makassar, Lawarani di Bugis (Sumber). Tanaman legundi memiliki banyak khasiat untuk tubuh manusia, terutama untuk masalah yang berkaitan dengan pernafasan dan pencernaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun