Mohon tunggu...
Aura
Aura Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja lepas

Menulis supaya tidak bingung. IG/Threads: aurayleigh

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Sambal Kemangi dan Momen-momen Pembebasan

27 April 2019   21:42 Diperbarui: 28 April 2019   04:31 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rimbun tanaman kemangi. (Dokumentasi pribadi)

Salah satu hal yang paling saya sukai dari musim hujan adalah suburnya tanaman bumbu dapur di halaman rumah. Tanaman kemangi---atau surawung kami biasa menyebutnya---tumbuh menyemak layaknya rumpun liar di hutan. Berdesakkan dengannya, ada gerombolan serai yang sama rimbun. Belum lagi tanaman cabai rawit dan jeruk purut di sebelahnya. Halaman rumah terasa seperti kios sayur di blok sebelah.

Pojok kecil di halaman rumah orang tua saya itulah yang kemudian membuat cita-cita saya semakin rinci. Selain bercita-cita untuk segera punya rumah sendiri, saya juga jadi ingin punya kebun bumbu lengkap yang dekat dengan dapur.

Musim hujan ini, panen kemangi selalu berlebih. Saya jadi sering membuat cocolan kesukaan, untuk disantap sebagai side dish. Ia adalah sambal kemangi nan wangi.

Proses membuat sambal kemangi sebetulnya mudah saja. Cabai rawit, cabai keriting, bawang merah, tomat, dan garam ditumbuk bersamaan hingga hampir halus. Penyuka sambal matang boleh menggoreng atau merebus bahan-bahan itu terlebih dahulu.

Saya kenal beberapa orang yang sakit perut kalau bahan sambalnya tidak dimasak dulu. Tak masalah. Sambal kemangi dengan bahan matang tetap nikmat meski hasil akhirnya tentu lebih oily. 

Kalau saya memilih membiarkannya tetap mentah. Sebagai penyuka bawang merah, menggoreng atau merebus bawang---apalagi terlalu lama---akan menghilangkan aroma sedap dan tekstur "kres"nya.

Setelah bahan-bahan itu ditumbuk, baru kemudian tumbuk kasar segenggam kemangi. Tumbukan kasar daun itu menjadikan sambal ini cocok juga untuk para penyuka sayur atau lalapan.

Ilustrasi sambal kemangi (Dokumentasi akun Youtube
Ilustrasi sambal kemangi (Dokumentasi akun Youtube "Masak yuk")

Bicara soal tumbukan kasar, dalam pengamatan saya, penyuka sambal terbagi dua tipe---dalam kaitannya dengan cara menumbuk. Tipe pertama, penyuka sambal yang hanya mencocol saja.

Cocol atau mencocol dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti menyentuh sedikit. Ya, sambal disentuh sedikit oleh makanan utama sehingga menempel di bagian permukaannya saja. Sambal hanya diambil sarinya saja. Bahan-bahan bertekstur kasar seperti bawang atau tomat tidak akan dimakan oleh penyuka sambal tipe pertama ini.

Tipe kedua, penyuka sambal yang makan dengan cara meraup sambal. Meraup atau menciduk pada dasarnya adalah mengumpulkan dengan tangan. Dalam konteks sambal, kita mengumpulkan sambal menggunakan makanan utama lalu membawa serta bahan-bahan bertekstur kasar ke dalam suapan. Mereka yang menikmati jalan kebajikan ini---termasuk saya---adalah para penikmat tekstur makanan.

Sebetulnya, saya suka hampir segala macam sambal. Dari tempoyak---sambal durian khas Sumatera Selatan---sampai sambal oncom; dari sambal nanas hingga sambal petis; dari sambal embe sampai sambal kecombrang. Kebetulan saja, berkat musim hujan dan rimbun kemangi, saya jadi lebih sering ditemani sambal kemangi. Bukankah ini sebuah fakta lazim? Semakin sering komunikasi, niscaya semakin sayang. Unch.

Selain rasa dan wanginya yang membuat jatuh cinta, daun kemangi mengandung nutrisi penting yang dibutuhkan oleh tubuh. (Sumber) Memang, selama ini penelitian mengenai khasiat kemangi masih terbatas di dalam laboratorium dan percobaan pada hewan saja, tetapi sepertinya kemangi sudah patutlah dijadikan rekomendasi bahan utama sambal.

Di akhir musim penghujan 2019 ini, rimbun kemangi di halaman rumah dan sambal berhasil membangun suasana dan ingatan paling intim dan subtil dalam diri saya. Selain cita-cita tentang punya rumah tinggal sendiri dan menatanya sesuka hati, sambal kemangi juga sering mengantar saya pada momen-momen pembebasan.

Mungkin suatu waktu, Anda bisa mencoba momen pembebasan itu: sengaja membuat sambal kemangi yang super pedas supaya ketika menyantapnya, bibir ikut bergetar, air mata ikut keluar---sekaligus juga penat yang bersesakan di dada dan kepala.

Selamat mencoba melepas penat dan selamat menyambut kemarau. Cukup tanah saja yang gersang, hati jangan~

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun