Mohon tunggu...
Annisa R
Annisa R Mohon Tunggu... Mungkin Mahasiswa

Belum tahu mau menulis apa.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Bukan Sarang Demit, Bambu adalah Sarang Air dan Pangan

5 Oktober 2025   23:50 Diperbarui: 6 Oktober 2025   00:00 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika dijadikan prioritas dalam kebijakan nasional maupun daerah, bukan tidak mungkin ia bisa mengisi kelowongan program makan siang yang itu. Apalagi, rasa-rasanya, tiap yang terbiasa memasak terutama dalam skala besar, pasti sudah pernah bersinggungan erat dengan cara mengolah rebung.

Sinergi yang Kokoh

Satu rumpun bambu tidak hanya menjamin ketersediaan air, tapi juga menyediakan sumber pangan bergizi. Ia adalah contoh nyata bagaimana ekosistem yang sehat langsung berkontribusi pada kesejahteraan manusia. Di saat yang sama, bambu menciptakan mikroklimat yang mendukung---suhu di sekitar rumpun bambu lebih sejuk, kelembapan terjaga, dan menjadi habitat bagi berbagai organisme yang menguntungkan.

Ya, sensasi adem ketika kita berdiri di sekitar bambu bukanlah tanda dari keberadaan demit. Lebih dari itu, ia adalah sinyal bagaimana bambu berkontribusi pada ekologi.

Lagi, Ini adalah siklus bajik yang saling menguatkan: air yang disimpan bambu membuatnya tumbuh subur, pertumbuhannya menghasilkan rebung bergizi, dan keberadaannya menjaga kelestarian lingkungan sekitarnya.

Sambung-menyambung Masa Depan Bambu

Kembali ke rumpun bambu muda di Sendang Biru. Keberadaan mereka di sana mengingatkan kita bahwa solusi untuk masalah air dan pangan tidak selalu harus datang dari teknologi tinggi atau impor. Terkadang, jawabannya sudah tumbuh di sekitar kita, menunggu untuk dilihat dengan sudut pandang yang baru.

Lain kali Anda melewati rumpun bambu, jangan lihat hantunya. Karena, ya, bagaimana melihatnya? Yang kalaupun ada, toh, konon tak semua mampu. Maka, lebih baik, pandanglah sesuatu yang benar-benar tampak: bank air yang sekaligus dapur bergizi. Ini baru dua dari entah berapa lagi manfaat lain yang tak cukup terjelaskan di sini.

Barangkali juga, kabar bambu berhantu adalah karena ia sudah menunggu terlalu lama untuk diakui perannya. Jadi, kini tinggal kita yang perlu berani. Bukan uji nyali, tapi untuk memanfaatkannya dengan cermat selama ditanam di lahan yang tepat, sesuai dengan karakteristik geologi dan geomorfologi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun