Kata mu lagi,
Aku adalah sang pelatuk menyerupa debu kotor yang segera menempel pada kulit angkara demi merobek tubuh!
Kata mu lagi,
Aku adalah sebutir peluru tubuhku kuning langsat sekali melesat maka lubang kubur kembali menagih tubuh!
Aku menoleh,
Ada letusan yang berteriam di belakangku, suara-suara tangis juga kotak sesal yang tak pernah jadi kata!
Aku Meletus! Aku pecah!
Musuh mati. Kawan Mati, Dunia padam.
Aku menoleh,
ruang ruang sunyi itu seperti sebuah gerbang tak bernyawa hanya ada peta barangkali doa yang menumpuk di langit.
Engkau menjerit kesakitan, senja, senja mengapa engkau selalu datang terakhir! matamu melahirkan malam yang hampir padam.
Tidak! Tidak! peluru bukan noda, ia hanya pesakitan yang keliru melihat gelap memperanakan pagi!
Kupang 10/5/19