Mohon tunggu...
Alex Pandang
Alex Pandang Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance Writer

Freelance Writer

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Peluru di Suatu Senja

10 Mei 2019   19:28 Diperbarui: 15 Mei 2019   23:52 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokumentasi Pribadi)

Kata mu lagi,
Aku adalah sang pelatuk menyerupa debu kotor yang segera menempel pada kulit angkara demi merobek tubuh!

Kata mu lagi,
Aku adalah sebutir peluru tubuhku kuning langsat sekali melesat maka lubang kubur kembali menagih tubuh!

Aku menoleh,
Ada letusan yang berteriam di belakangku, suara-suara tangis juga kotak sesal yang tak pernah jadi kata!

Aku Meletus! Aku pecah!
Musuh mati. Kawan Mati, Dunia padam.

Aku menoleh,
ruang ruang sunyi itu seperti sebuah gerbang tak bernyawa hanya ada peta barangkali doa yang menumpuk di langit.

Engkau menjerit kesakitan, senja, senja mengapa engkau selalu datang terakhir! matamu melahirkan malam yang hampir padam.

Tidak! Tidak! peluru bukan noda, ia hanya pesakitan yang keliru melihat gelap memperanakan pagi!

Kupang 10/5/19

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun