Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... irero

Sustainable lifestyle learner | Book sniffer | another me : irerosana.com | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Minggu Pagi di "Rumah Dunia"nya Duta Baca Indonesia

8 Oktober 2025   23:05 Diperbarui: 9 Oktober 2025   11:00 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cafe Rendez Vous dan kantor Gong Publishing (Dokumentasi Pribadi/irerosana)

Saya dan kawan saya bertemu seorang ibu penjual makanan keliling. Ia menawarkan dagangan kepada kami yang tengah duduk di atas batu melingkar. Kami membeli 2 ketan, 2 bungkus telur puyuh, pisang goreng, dan timus. Semuanya hanya 12 ribu lima ratus rupiah. Rupanya harga-harga di daerah ini masih tergolong murah. Kami makan sembari berpikir apa yang harus dilakukan di tempat itu.

Seorang laki-laki tengah menyapu halaman Rumah Dunia yang penuh daun-daun kering. Saya memohon izin untuk menengok bagian dalam dari Rumah Dunia. Ia membolehkan sembari terlebih dahulu menyapu bagian terasnya.

Rumah Dunia terlihat seperti rumah biasa baik jika dilihat dari luar maupun dari dalamnya. Ada beberapa rak yang berisi buku-buku. Di dinding-dindingnya terdapat beberapa berita dari koran lawas seputar Gol A Gong dan Rumah Dunia serta cover-cover novel, termasuk novel lawas Balada si Roy.

salah satu sudut dalam Rumah Dunia (Dokumentasi Pribadi/irerosana)
salah satu sudut dalam Rumah Dunia (Dokumentasi Pribadi/irerosana)

Mungkin terlihat lawas dan lusuh tapi biar bagaimanapun ruangan ini menjadi saksi sejarah perjalanan Gol A Gong dalam memajukan literasi di daerahnya. Konsisten di dunia literasi itu tidak mudah. Tidak banyak orang tertarik dengan literasi. Bahkan sopir taksi yang saya naiki sepulang dari Rumah Dunia tak mengenal Gol A Gong.

Aneh memang. Saya saja yang tumbuh di kota Semarang yang notabene jauh dari Serang tahu dengan Gol A Gong tapi warga Serang sendiri malah tidak tahu. Mereka tak tahu bahwa di kota tempat mereka hidup seorang duta baca Indonesia. Mereka tidak tahu pula bahwa ia adalah seorang penulis dengan karya ternama yang bahkan sudah diangkat ke layar lebar.

Kita bisa membayangkan, beratnya perjuangan Gol A Gong untuk mengenalkan literasi. Jangankan jauh ke seluruh Indonesia, di kota sendiri pun harus terseok seok.

Masalahnya adalah ini bukan tanggung jawab Gol A Gong semata. Perpusnas memilih beliau menjadi duta baca bukan untuk melempar tanggung jawab. Sudah menjadi tugas kita semua untuk mendukung dan meningkatkan literasi di Indonesia. Tak hanya pemerintah, perpusnas dan duta baca saja tapi juga keluarga dan masyarakat pada umumnya.

Minat baca di Indonesia rendah salah satunya adalah karena tidak adanya budaya membaca baik di lingkungan masyarakat maupun keluarga. Jika pemerintah berfokus pada program-program yang dinilai mampu meningkatkan minat baca maka orang tua pun punya andil yang sangat besar dalam membentuk kebiasaan membaca dari rumah.

Adanya taman baca yang dibangun oleh masyarakat seperti halnya Rumah Dunia ini juga menjadi salah satu jembatan untuk meningkatkan literasi warga. Tak hanya sekadar membaca, ruang-ruang seperti ini juga memberi kesempatan warga untuk belajar dan berkreasi.

Wadah-wadah seperti ini perlu diperbanyak. Saya harap jumlahnya semakin bertambah dan lokasinya dekat dengan rumah-rumah penduduk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun