Ternyata benar, ada beberapa roti srikaya yang dijual di sepanjang jalan yang saya lalui tapi karena sedari berangkat saya sudah mengantongi satu nama maka saya melewatkan mereka begitu saja.
Tempat makan yang saya lewati rata-rata membubuhkan nama Singkawang. Contohnya Bakso sapi 21 Aphen singkawang, Nasi Campur khas Singkawang Alin 91, Bakmi Singkawang SAM, Bakmi Singkawang dan Chinese Food A'ang 51, dan lain sebagainya. Jikalaupun tak menyebut kata Singkawang biasanya mereka akan membubuhkan nama Kalimantan di antaranya.
Tentu saja saya tak mampir ke salah satu kedai karena takut tidak halal juga, tapi kalau rekan saya yang non muslim pasti bahagia menemukan tempat ini. Kata mereka, babi adalah salah satu makanan terenak.
Meski begitu banyak literasi yang menyebut bahwa kuliner di tempat ini banyak juga yang halal. Yah tapi kalau saya daripada ragu mending ditunda dulu, toh tujuan utamanya bukan itu.
Deretan kedai itu menyadarkan saya bahwa tinggal hampir 10 tahun di Jakarta tidak menjamin saya benar-benar tahu seluk beluknya. Rupanya pecinan bukan soal Petak Sembilan dan Glodok semata, ada juga Krendang. Meski sebenarnya kalau dilihat dari peta mereka tak terlalu jauh.
Sejarah mencatat pada masa VOC warga Tionghoa memang sengaja dikumpulkan dan diisolasi dalam satu wilayah  yang kini dikenal dengan Petak Sembilan ini.
Hal ini bertujuan untuk melindungi orang Belanda pasca terjadinya Geger Pecinan, pembantaian terhadap 10 ribu warga etnis Tionghoa yang dilakukan oleh VOC itu sendiri. Tak disangka  kawasan itu justru tumbuh menjadi pusat perekonomian dan perdagangan.
Setelah berjalan selama beberapa menit dengan keringat yang mulai membasahi punggung akhirnya saya menemukan toko srikaya yang dimaksud. Tempatnya kecil, hanya untuk menjual dan bukan untuk makan ditempat.
Saya membeli roti srikaya dengan 2 model roti kukus dan panggang. Kami juga memesan 1 selai untuk di rumah. Mbak penjaga bilang selai mereka hanya tahan 3 hari tapi saya tetap memakannya meski sudah 1 minggu mendekam dalam kulkas. Nyatanya saya baik-baik saja sampai sekarang, he.