Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Administrasi - irero

Content Writer | Sosial Budaya | Travel | Humaniora | Lifestyle | Bisnis | Sastra | Book Sniffer | Bibliophile | Bibliomania | Tsundoku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Explore Rawamangun, dari Velodrome, Bakmie Tasik hingga Makam Pangeran Jayakarta

24 Februari 2020   16:15 Diperbarui: 26 Februari 2020   17:21 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sedikit Berbeda dengan MRT dan Commuterline, LRT hanya memiliki 2- 4 gerbong dengan kapasitas sekitar 600 penumpang saja. Sementara MRT sendiri memiliki memiliki 6 gerbong dengan kapastitas sebanyak 1800 penumpang.

sumber : docpri
sumber : docpri
Dilihat dari segi kapasitas, commuterline rupanya menjadi angkutan masal dengan kapasitas terbanyak yaitu hingga 2000 penumpang dengan target per hari sekitar 1,2 jt penumpang.

Dari Stasiun Velodrome menuju ke Stasiun Kelapa Gading kami harus melewati 4 stasiun yaitu Stasiun Equestrian, Pulomas, Boulevard Selatan dan Boulevard Utara. Jadi total ada 6 stasiun yang sudah beroperasi (termasuk st Velodrome dan St Kelapa Gading.)

Bagi pengguna KRL alias  commuterline tentunya tak kesulitan untuk menggunakan LRT karena pada dasarnya caranya sama baik dari kartu maupun cara tapping. Berbeda dengan orang-orang dari luar kota yang masih asing dengan sistem transportasi dengan menggunakan kartu, pasti akan banyak meminta bantuan kepada mbah google.

Selesai dan puas menjajal LRT, kami pun menuju jalan paus No. 93.  Menikmati kota dengan menggunakan LRT lumayan membuat perut kami keroncongan. Naik LRTnya sih sebenarnya sebentar, tapi menunggu teman-teman itu lho yang lama, hehehehe. Bakmie Tasik legendaris menjadi tujuan sempurna kami untuk memadamkan kelaparan.

Jaraknya hanya sekitar 400 meter dari stasiun LRT Velodrome. Karena saking dekatnya, kami memilih untuk berjalan kaki. Lengkap sudah rasa lapar yang di tambah panas terik mentari yang membuat kami semakin tak sabar untuk mencicip mie legendaris ala Rawamangun tersebut.

sumber : docpri
sumber : docpri
Bakmie Tasik Rawamangung terkenal dengan Babatnya, maka tak heran beberapa menu babat lebih banyak dilirik oleh pengunjung. Menu babat yang tersedia antara lain ; mie Babat, mie baso babat, baso babat kuah, pangsit babat kuah.

sumber : docpri
sumber : docpri
Jika tak mengingat hasil cek kolesterol bulan lalu, maka saya juga tak kuasa menahan diri untuk menjajal menu babat. Tapi demi alasan kesehatan, saya harus puas dengan menu mie ayam biasa. Tapi namanya juga lapar, menu apa saja nikmat saja rasanya. Apalagi kami menyantapnya bersama-sama.

Setelah menamatkan rasa lapar, kami kembali ke agenda utama yaitu menuju makam Pangeran Jayakarta. Meski hanya berjarak 1.5 km namun, teman-teman memutuskan untuk naik angkot ketimbang berjalan kaki. 1,5 KM tentunya bisa membuat perut kenyang kembali kosong jika kami benar-benar melakukannya.

Setelah sampai, kami segera mengambil air wudhu dan salat ashar di masjid Assalafiyah yang berada tepat di samping makam Pangeran Jayakarta. Masjid ini juga merupakan peninggalan dari Pangeran Jayakarta dan dulunya sering digunakan untuk menyusun strategi melawan VOC. Masjid ini juga telah mengalami beberapa kali perombakan sebelum pada akhirnya terlihat seperti sekarang.

sumber : docpri
sumber : docpri
Selesai salat ,kami disambut oleh Mohammad Sahroel, pengelola masjid yang masih memiliki garis keturunan dari pangeran Jayakarta. Kami terbantu banyak informasi dari beliau ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun