Mohon tunggu...
Isa Azahari
Isa Azahari Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultant SDM

Pemerhati Pembangunan Ibukota Negara Baru. Ngakunya milenial dan Ingin berkontribusi lebih.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengapa Italia Menjadi Negara Terdampak Corona Paling Parah

27 Maret 2020   18:10 Diperbarui: 30 Maret 2020   14:42 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Data per Kamis 26 Maret 2020 | worldometers.info/coronavirus/#countries

Jumlah kematian di seluruh Italia akibat Virus Corona (Covid-19) sebanyak 8.215 korban tewas (China 3.292 jiwa). Di bawah Italia ada Spanyol dengan 4.365 kematian. Jadi sekarang China berada diurutan ke-3 di bawah Italia dan Spanyol dalam hal jumlah korban meninggal. Sungguh diluar perkiraan banyak orang termasuk saya.

Italia, negara yang berpendudk 60 juta jiwa itu sebanyak 80.589 orang warganya dinyatakan positif terpapar virus Corona. Artinya dalam satu juta penduduk terdapat 1.333 warga terkena virus (1,3 permil). Jauh di atas China 0,057 permil dan Indonesia 0,004 permil. 

Tidak hanya Italia dan Spanyol, negara-negara Eropa Barat yang juga mengalami akibat parah dari virus ini adalah: Jerman, Perancis, Swiss, Inggris, Belanda, Austria, Belgia, Norwegia, Portugal dengan jumlah penderita positif diatas 3.000 orang.

Padahal kita tahu kesemua negara yang disebut diatas adalah negara yang maju pelayanan kesehatannya. Negara yang maju Industri Farmasinya. Jerman, Perancis dan Italia terkenal sebagai produsen obat-obat paten yang sudah mendapat pengakuan luas dari dokter-dokter seluruh dunia.

Lalu mengapa negara-negara maju tersebut, terutama Italia mengalami akibat paling parah? Inilah beberapa faktanya.

  1. Rumah sakit hanya menangani pasien dengan gejala parah saja. Dilansir dari Kompas.com, kepala unit penyakit menular di RS Sacco, Milan mengunggkapkan bahwa ketika situasi darurat memburuk dengan cepat selama sebulan terakhir, Italia memfokuskan pengujian hanya pada orang-orang yang menunjukkan gejala parah. Para ahli meyakini ada penularan sembunyi-sembunyi atau penyebaran virus Corona tanpa menunjukkan gejala.

  2. Banyaknya populasi yang berusia lanjut. Faktor umur memegang peran penting terhadap daya tahan tubuh terhadap virus. Hal ini terlihat dari data tingkat kematian pada usia diatas 60 tahun adalah 26,4% sedangkan pada usia dibawah 60 tahun hanya 2,3%.

  3. Warga terlalu santai. Ditambah aturan yang longgar. Banyak warga yang tidak mentaati aturan karantina dan social distancing. Pada saat kebijakan lockdown, banyak warga masih banyak berkegiatan diluar rumah, tempat-tempat umum masih ramai.

Kemudian hari baru pemerintah sadar bahwa kebijakan lockdown harus dikawal secara tegas. Bagi yang melanggar dikenakan denda yang tidak sedikit. Tadinya Italia hanya menerapkan denda 200 Euro (1 Euro = 17.500 Rupiah). Ternyata belum efektif, lalu denda dinaikkan jadi 1000 Euro. Denda setinggi itupun masih banyak yang melanggar, lalu atas persetujuan Parlemen pemerintah menerapkan denda antara 3.000 - 5.000 Euro. (Bloomberg) 

Kalau menurut saya, faktor utama dan mendasar mengapa negara-negara Eropa paling parah terdampak adalah karena sikap pongah mereka, mereka menganggap remeh dampak pandemi ini. Mereka sangat percaya diri dengan menganggap bahwa mereka adalah negara yang maju, bersih dan kuat. Kini setelah melihat dampaknya barulah mereka terperangah.

Melihat sikap seperti itu pemerintahpun baru menyadarinya, sehingga penerapan denda terpaksa diberlakukan. 

Semoga kita bangsa Indonesia dapat belajar dari kejadian ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun