Mohon tunggu...
Tri Haryanto
Tri Haryanto Mohon Tunggu... Guru - Guru

Tulisen Opo sing neng pikir kan latimu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Malam Minggu di Kota Jogja

24 Januari 2021   22:25 Diperbarui: 25 Januari 2021   09:43 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari https://www.freepik.com

Saat warna merah senja menuju peristirahatan.   Aku bergegas tancapkan motor meninggalkan gedung P4TK Matematika Yogyakarta.  Menyisir jalan kota Jogja menuju jalan Malioboro. Jalan Malioboro merupakan salah satu desminiasi wisata di kota Jogja. Tempat ini menjadi desiminasi pilihan utama setiap wisatawan. Ciri khas kuliner dan tongkrongan yang memiliki daya tarik wisatan memilihnaya sebagai desiminasi utama. Sehingga Malioboro menjadi salah satu Ikon pariwisata kota Jogja. Orang mengatakan tidak lengkap kalau berkunjung ke Jogja tanpa bersinggah ke Malioboro.

Aku ingin ke Malioboro bukan  semata untuk berpariwisata, tetapi Aku ingin mencari inspirasi untuk membuat sebuah tulisan.  Tulisan yang dirangkai dengan lisan, bukan dengan tangan. Sebuah metode baru dalam menulis dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, yaitu menulis menggunakan aplikasi android voice to text. Sebuah aplikasi untuk mengubah suara menjadi teks. Aplikasi ini yang saya gunakan menulis dengan mulut. Saya ucapkan hurud demi huruf, kata demi kata, kalimat demi kalimat, aplikasi akan mengubah suara saya menjadi tulisan.

Selain aplikasi voice to text,  untuk membaca refensi saya menggunakan aplikasi text to voice. Sebuah aplikasi android untuk mengubah teks menjadi suara. Sehingga ketika saya ingin membaca referensi, saya menggunakan aplikasi tersebut. Aplikasi tersebut akan menghasilkan suara dari teks yang dibacanya.

Dua aplikasi tersebut -voice to text dan text to voice- digunakan untuk mengembangkan metode leterasi menulis dan membaca. Metode tersebut diberi nama Menemu Baling. Menemu Baling merupakan akronim Menulis dengan Mulut dan Membaca dengan Telinga.  Sebuah metode yang keluar dari kebiasaan manusia dalam menulis dan membaca. Tapi metode ini sangat membantu kita dalam menulis dan membaca.

Sebenarnya tujuan saya ke Malioboro bukan tujuan utama data ke Kota Jogja. Saya datang ke kota pelajar yang berbudaya tersebut adalah untuk mengikuti Training of Coach Menemu Baling. Malam itu saya mendapat tugas untuk membuat tulisan  tentang kota Jogja dengan menggunakan metode Menemu Baling. Para peserta TOC menyepekati untuk membuat tulisan sisi lain Malioboro.

Saat saya menyusuri jalan Joga menujua Malioboro. Di sepanjang jalan menuju ke tempat tersebut terjadi kemacetan bak semut merayap. Keadaan tersebut membuat harapanku untuk sampai ke Malioboro Pupus. Karena aku tidak suka dengan keramaian, Malioboro ketika di malam Minggu penuh orang untuk mencari hiburan. Akhirnya muncul gagasan untuk mencari inspirasi menulis dari sisi lain kota Jogjakarta. Muncul gagasan untuk mencari inspirasi di sekitar kampus UGM. Sebuah kampus yang terkenal di nusantara. Kampus yang telah meluluskan para generasi penerus bangsa. Batinku berkata,  "Banyak hal yang bisa dibidik untuk dijadikan inspirasi menulis tentang sisi kehidupan kampus."

Aku berhenti di sebuah warung Pasundan. Sambil memesan mie goreng dan es teh, aku mencoba mengamati kehidupan di sekitar kampus. Kehidupan orang-orang terpelajar di kampus favorit, di kota pendidikan yang berbudaya.

Sambil menunggu penyajian pelayan warung, saya mengambil sebuah tempe.  Saya menikmatinya sambil melihat sisi-sisi dari warung. Di salah satu sisi warung terdapat seorang gadis cantik sedang bercakap dengan pemuda yang tampan sambil menghisap sepotong rokok. Sambil bercakap, mereka menghembuskan asap rokok. Tampak sekali mereka menikmati rokok sambil bercakap-cakap. Hatiku bergumam, "Di balik kampus yang berpendidikan ini, aku menemukan seorang wanita cantik yang merokok."  Mungkin bagi orang tersebut, wanita merokok adalah hal yang biasa. Tapi bagi budayaku, budaya orang jawa,  wanita merokok adalah tindakan yang tidak lazim alias dipandang tidak baik. Wanita yang merokok identik wanita yang memiliki masalah.

Tapi saya tidak menyimpulkan bahwa wanita tersebut adalah wanita yang bermasalah. Saya memcoba berpikir positif. Mungkin budaya saya berbeda dengan budayanya. Menurut budayaku hal tersebut sebuah aib, akan tetapi belum tentu menurut budayanya aib. Begitu pula sebaliknya, menurut budaya saya baik, belum tentu menurut budayanya jelek. Aku mencoba berprasangka baik, berpikir positif,  mencoba menghargai kebudayaan orang lain.

Budaya sebagai hasil olah pikir manusia. Pola pikir manusia berbeda-beda menurut latar belakang ilmu, budaya, sosiologis dan antropologisnya. Sebuah hasil budaya tidak bisa dipaksakan, tapi bukan berarti akal manusia bebas menciptakan budaya tanpa batas. Karena akal manusia memiliki keterbatasan. Apa yang dia sangka menurut akalnya baik, belum tentu hal tersebut baik menurut norma dan agama. Begitu pula sebaliknya. Berarti hal tersebut menunjukkan akan tidak kesempurnaan akal.

Akal yang mengolah hasil karya sebuah budaya harus tunduk kepada sesuatu yang lebih sempurna. Sesuatu yang tidak mungkin ada salahnya, sesuatu yang pasti benarnya.  Akal harus tunduk kepada pencipta akal tersebut yang Maha Sempurna. Akal harus tunduk kepada Allah melewati aturan yang diturunkan dalam bentuk agama. Agama diturunkan Allah bukan untuk menghilangkan kebudayaan manusia, tetapi untuk mengatur kebudayaan tersebut yang terbaik bagi manusia. Allah Maha Mengetahui apa yang dibutuhkan manusia untuk kebaikan hidupnya. Begitu pula, Allah mengetahui hal-hal yang akan membuat kehancuran kehidupan manusia. Maka sepantasnya akal tunduk pada ketentuan dan aturan Allah.

Akal boleh mengolah Karsa menjadi sebuah budaya, budaya tersebut tidak boleh bertentangan dengan ketentuan Allah. Atau sebaliknya akal ketika mengolah karsa menjadi budaya dengan bersumberkan kepada ketentuan Allah, sehingga olah karsa yang dihasilkan adalah sesuatu yang tidak bertentangan dengan ketentuan Nya.

Pikiran dan hatiku berhenti menelaah apa yang terjadi di depanku, ketika mie goreng dan es teh telah disajikan di depanku. Aku mencoba menghadap dinding dimana makanan disajikan padaku. Di dinding tersebut terpampang pengumuman di sebuah kertas yang dilaminating. Kertas tersebut bertuliskan Hirosima hancur karena bom, Warung hancur karena bon. Sebelum ku santap sendokkan pertama,  sempat aku tersenyum membaca tulisan tersebut. Hal itu membuat pikiran dan hatiku berdialog lagi. Apa sebab pemilik warung sampai memberikan tulisan yang ditempel di dinding. Saya yakin itu bukan sebuah tulisan iseng  atau tulisan hiasan dinding. Tapi sebuah tulisan yang memberikan kesan bahwa warung tersebut sering dihutangi.

Sambil makan mie dan dan minum es teh, pikiran dan hati ku melalang buana lagi. Mencoba berbicara tentang hutang. Hutang adalah hal yang biasa bagi manusia. Manusia berhutang memiliki tujuan tertentu. Ada yang berhutang untuk memenuhi kebutuhan konsumsi kehidupannya. Ada yang berhutang untuk mendapatkan modal usaha produktif. Ada yang berhutang karena memiliki sifat suka hutang. Masih banyak lagi tujuan manusia berhutang.

Tidak masalah manusia memiliki hutang. Jika manusia tersebut bertanggung jawab atas hutangnya. Bagaimanapun juga hutang adalah bantuan dari orang lain kepada dirinya. Hendaknya ia mengembalikan sebagai bentuk terima kasih atas bantuan orang yang menghutangi.

Boleh manusia berhutang, tapi jangan bermudah-mudah dalam berhutang. Karena bermudah-mudah dalam berhutang akan memunculkan sifat-sifat kejelekan manusia. Ketika awal dia berhutang, pasti dia berjanji dengan kebaikan-kebaikan untuk mengembalikan hutang. Tetapi ketika Saatnya untuk mengembalikan hutang, akan muncul sifat manusia yang lain untuk menunda membayar hutang.  Ia bermudah-mudah tidak membayar hutang. Ini adalah kejelekan orang yang berhutang. Mudah mengumbar janji di saat ia berhutang. Menunda dan memperlambat saat membayar hutang.

Orang  yang berhutang ketika sudah mampu membayar hutang hendaklah segera membayarnya.  Jika sudah mampu membayar, tetapi dia tidak membayar hutangnya ini, maka ia melakukan perbuatan kezaliman kepada orang yang menghutangi. Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam selalu berlindung dari kejelekan orang yang berhutang. Diantara kejelekan orang yang berhutang adalah mengobral janji di saat ia berhutang, menunda pembayaran hutang, berbohong ketika ditagih hutangnya.

Hendaknya manusia dicukupkan dengan riski yang ia usahakan. Tidaklah ia berhutang kecuali sangat membutuhkannya. Jangan sampai hutang menjadikan budaya dirinya. Hingga orang lebih senang dan bangga ketika belanja dengan kartu kredit. Banyak pengusaha dia mendirikan usaha bukan dari modal yang dimiliki,  tapi dari modal berhutang ke bank. Ada pula orang yang berhutang tidak karena keperluan produktif atau keperluan konsumtif yang darurat.

Tak terasa mie goreng dan es teh telah habis. Nikmatnya makan mie goreng dan minum es teh sambil memikirkan sisi sudut kota  Jogja. Sisi kehidupan manusia di sebuah kota pelajar yang berbudaya. Aku mendapatkan sebuah pelajaran hidup dari sekilas apa yang aku perhatikan. Semoga ini menjadi pelajaran yang berharga bagi diriku selama 2 hari di kota Jogja.

Diary saat mengikuti Training of Coach Menemu Baling di P4TK Matematika Yogyakarta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun