Mohon tunggu...
35_Wa Ode Anisa Sriani Lalangi
35_Wa Ode Anisa Sriani Lalangi Mohon Tunggu... Konsultan - mahasiswa

halooo.. Perkenalkan nama saya niniss , saya adalah seorang mahasiswa jurusa psikologi di salah satu universitas Negri di daerah jogja, hobi saya renang dan suka mencobah hal hal baru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Media Sosial sebagai Mediator Toxic Positivity di Masa Pandemi Covid-19

29 Juni 2022   22:56 Diperbarui: 29 Juni 2022   22:59 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Media Sosial sebagai mediator Toxic Positivity di masa Pandemi

Sejak awal penyebab corona virus disease 2019 atau yang di sebut dengan covid- 19 , merupakan penyakit sindrom pernapasan yang di sebabkan oleh coronavirus yang virus baru berasal  dari satukeluarga yang sama dengan Severe Acute Respiratory Syindrome (SARS) dan beberapa jenis flu biasa , dimana corana virus yang pertama kali didentifikasi di Wuhan , Tiongkok .  Virus ini ditularkan melalui kontak langsung dengan percikan dahak dari yang terinfeksi melalui batuk dan bersin dan jika menyentuh permukaan yang terkontwminasa virus. Organisasi kesehatan dunia (WHO) secara langsung mendeklarasikan bahwa Covid-19 sebagai Public Health Emergency Of Internasional Concern (PHEIC) , yang kemudian di diraktakterasi sebagai sebuah pandemi .  Merespon hal tersebut  maka perintah indonesia secara tegas mangambil  langka cepat dalam menerapkan beberapa kebijakan  menekan pergerakan publik  dan pertemuan yang berkelompok , dalam upaya untuk menekan  penyebaran covid-19 . Berapa kebijakan yang tegaskan oleh pemerinta diantaranya himbauan untuk stay home ,  menjagah kesehatan dan kebersihan, serta mamukakan physical distancing apabilah jikan terpaksa harus meninggalkan rumah karena hal yang bersifat  penting dan mendesak.

 Kehadiran  pandemi ini membuat manusia  secara tidak langsung  lebih kergantungan dalam menggunakan  teknologi  , khususnya media sosial yang mebuat interaksi manusia menjadi  datar dan cenderung membosankan karena dilakukan dalam rumah secara jangka waktu panjang  sebagai ketatnya di terapkan physical distancing . Dimana pelaku utama yang mengaktifkan  pergerakan  teknologi informasi kebanyakan berasal dari kaum muda , pelajar dan mahasiswa . Namun tak hanya dikalangan rejama yang aktif menggunakan teknologi , kalangan usiapun aktif menggunakan teknologi , hal ini membuat manusia lebih ketergantungan dalam pengunaan teknologi di masa pandemi . Berdasarkan lapaorang We Are Sosial, Jumlah pengguna aktif media sosial  indonesia menjadi sebanya 191 juta orang pada januari 2022. Jumlah ini telah meningkat sekitar 12,35% dibanding tahun sebelumnya, banyak orang yang mengunakan media sosial yang  di dominasi oleh  sosial media yang digunakan se yang memamang menjadi pavorit dikalagan masyarakat indonesia dengan jumlah pengguna dalam mengakses youtube sekitar mencapai 129,9 dan selanjutnya disusul oleh media sosial Whatsapp dengan jumlah akses sebesar 88,7 % , instagram dengan 84,8% serta disusul oleh media sosial Facebook dengan jumlah 81,3% data ini dijelaskan oleh salah satu website databoks.com . Dalam hal ini masyarakat virtual seperti sangat menaruh perhatian yang tinggi terhadap media sosial.

Pemanfaatan media sosial dalam mengakses infomasi dan bertukar informasi  menjadi fenomena meningkatnya pengguna media sosial dimasa pandemi , yang membuat manuasia ketergantungan dalam penggunakannya serta penggunaan media  sosial yang kurang efektif membuat faktor psikologis sebagai pemuasan diri dari kehidupan  yang disarakan  horizontal serta cendurung membosankan . Hal terlihat dari  interaksi penggunaan media sosial yan tinggi sehinggah  terlihat sulit menjaga eksitensi diri sendiri  , menjadikan media sosial sebagai  salah satu mediator Toxic Positivity di masa pandemi . 

Ketika terjadi fenomena pandemi maka semua aktivitas manusia diahlikan di rumah , kondisi ini membuat gangguan kesehatan mental kerap terjadi di masa pandemi  mulai dari gejala ringan hingga berat seperti merasah mudah merasa lelah, cemas yang berlebihan ,sterss, gangguan stress pasca trauma serta permasalahan kesahatan mental lainnya. Gangguan kesehatan mental ini tidak mengenal usia muali dari anak- anak , remaja ,orang dewasa hinga lanjut usia , dikarenakan masa pandemi terus diperpanjang dari bulan kebulan hingga tahunan membuat masyakat menjadi bersikap merasa seolah lambat laun kondisi menjadi baik-baik saja di tengah meningkatnya angka covid-19  bisa menjadi gangguan psikologis . sikap ini disebut sebagai toxic pisitivity.  Seseorang  saat merasankan  toxic positif  dari sesuatu hal ataupun  bahkan orang yang ia percayai , maka dirinya akan mulai  mengabaikan emosi negatif di dalam tubuh . Dimana  hal ini dapat menyebatkan kondisi selalu positif  menjadi cara yang  paling  baik untuk menjalani kehidupan , yang akan terus menghindari emosi enegatif padahal perasaan tersebut dihasilkan oleh otak untuk menandakan bahaya . jika hal terus di abaikan maka akan sulit untuk menilai sesuatu masalah dan selalu memaksakan kondisi  masalah terlihat sisi baik ketika terjadi sesuatu yang buruk terjadi.

Kondisi ini bisa membuat presepsi bahwa seolah-olah pandemi merupakan menyakit yang menjadi biasa , sehingga oranng bersifat  toxic positivity , dimana kondisi pandemi dapat di lewati dengan mudah dan kondisi baiik- baik saja tapi kenyataan tidak . seseorang akan percaya  jika kondisi pandemi merupakan seatu hal yang biasa . Hal ini dapat dipercahyai dari orang lain ataupun lewat media sosial yang menyatan berita tentang kondisi pandemi yang menjadi  biasa yang bisa saja bukan menjadi suatu masalah yang besar, berita tersebut belum di pastikan kebenaran benar atau tidak namun diprepsikan menjadi suatu hal bersifat positif  , jadi jika seseorang merasakan gejala dari covid maka ia akan beranggapan bahwa dirinya hanya merasakan sakit flu biasa dan  berpikir positif bahwa diri tidak covid , sedangkan dari ciri-cirinya ia merasakan gejala-gelaja kondisi covid serta  mengabaikan protokol kesehatan dari prepsipsi seolah-olah resakan kondisi yang baik-baik saja dan akhirnya ia mengabaikan kondisinya kemudian  tetap melakukam aktivitas seperti biasa kondisi sedang sakit . alhasil penyakitnya dapat menularkan keorang lain akibat tidak dapat mengekspresikan emosi  yang dipendamnya dalam rasa sakit yang ia rasakan dan mungkin berdampak buruk pada akhirnya , kondisi terjadi dipengaruhi faktor sulitnya menggabar perasaan negatif pada diri seseorang . Untuk menyikapi kondisi toxic positivity  ada beberapa hal yang bisa lakukan seperti rasakan dan kelola emosi negatif yang sedang dirasakan baik negatif atau positif yang dirasakan ,kurangi penggunaan media sosial . lebih berusahah untuk memahami kondisi diri sendiri tertan apa yang dirasakan serta hidari membanding- bandikan kondisi dalam suatu masalah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun