Mohon tunggu...
Azis Tri Budianto
Azis Tri Budianto Mohon Tunggu... Dosen - Mahasiswa | Penulis | Filsuf
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dalam hidup kita hanya sebagai pemain, jadilah pemain yang menjalankan perannya dengan baik. _sing biasa bae

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perihal Istiqomah

16 Januari 2023   20:26 Diperbarui: 16 Januari 2023   22:02 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kehidupan dikala ini berbeda dengan kehidupan yang sudah kemudian. Bukan semata- mata permasalahan waktu yang berbeda, kondisi serta nilai- nilai universal yang berlaku pula sedikit banyak hadapi perpindahan.

Perpindahan terjalin diakibatkan oleh sebagian perihal, di antara lain merupakan pergantian era yang diisyarati dengan pertumbuhan pesat teknologi sampai bawa pada pergantian style hidup. Tidak hanya itu, hilangnya nilai- nilai ataupun prinsip yang dipegang oleh tiap orang membuat mereka dengan mudahnya kehabisan bukti diri diri sehingga hanyut terbawa oleh arus era.

Perihal terdekat yang bisa dijadikan contoh merupakan Kerutinan keseharian saat sebelum hadirnya smartphone. Misalnya, terbiasa membaca novel saat sebelum tidur, tetapi pada dikala sudah mempunyai gawai, Kerutinan tersebut lama- kelamaan mulai lenyap tergantikan dengan scroll media sosial saat sebelum tidur. Tidak hingga di sana, apalagi malah jadi ketergantungan yang tidak terpisahkan dengan gawai sepanjang 24 jam.

Dapat kita amati serta cek bersama, apa yang sangat kerap kita cari pada dikala bangun tidur--- smartphone merupakan jawaban yang sangat banyak diutarakan. Contoh yang lain, kala sewaktu terletak di rumah, terdapat banyak sebagian dari kita tidak sempat absen berangkat ke masjid ataupun mushola tiap waktu shalat, tetapi perihal ini malah tidak terjalin kala terletak di perantauan ataupun kos- kosan.

Teknologi, area, pergantian style hidup menampilkan pengaruh yang luar biasa signifikan dalam kehidupan manusia. Oleh karenanya, tiap orang butuh mempunyai prinsip serta pegangan nilai- nilai yang sanggup menjadikannya mempunyai ataupun memegang kendali atas dirinya, bukan malah dikendaikan oleh nafsu serta hanyut terbawa arus era.

Kehabisan prinsip hidup membuat seorang tidak berpendirian, gampang goyah, kebimbangan, susah mengambil keputusan, apalagi tidak sanggup memposisikan diri pada bermacam suasana yang dialami. Kondisi- keadaan semacam ini hendak menjadikan seorang gampang" asal turut ramai" pada bermacam kondisi, mengonsumsi- menerima apa juga tanpa filterisasi yang terjalin dalam diri.

Buat menyikapi kondisi semacam ini, Islam dengan kesempurnaan nilainya, mengarahkan serta mengajak kita buat belajar istiqomah.

Memahami istiqomah

"Istiqomah" berasal dari akar kata bahasa Arab "qama", yang berarti "berdiri tegak". M. Quraish Shihab menambahkan bahwa 'sin' dan 'ta' dalam kata 'istiqomah' dapat diartikan sebagai 'kesungguhan' dan 'kesempurnaan'.

Istiqomah setelah itu banyak diterjemahkan dengan tidak berubah- ubah dalam melaksanakan suatu. Sayangnya tidak menyudahi hingga di sana, istiqomah berarti intensitas dalam melaksanakan sesuatu amal secara tidak berubah- ubah berkesinambungan.

Menimpa amal ataupun perbuatan yang dicoba secara tidak berubah- ubah, Abu Bakar Ash- Siddiq mengarahkannya pada hati yang tidak berubah- ubah dalam mengingat Allah SWT.

Untuk Umar bin Khattab, istiqomah berkaitan dengan komitmen seorang dalam melakukan perintah Allah serta menghindari larangan- Nya.

Usman bin Affan lebih cenderung mengartikan istiqomah selaku keikhlasan dalam melaksanakan perintah Allah SWT.

Sebaliknya Ali bin Abi Thalib mengartikan istiqomah mengaitkannya dengan kesabaran dalam melaksanakan perintah- Nya.

Dari penjelasan tersebut, hingga bisa dimengerti kalau suatu yang kita istiqomahkan itu berkaitan dengan hal- hal postif serta pasti saja cocok dengan apa yang diajarkan Rasulullah Saw bersumber pada petunjuk dari Allah SWT.

Rasulullah Saw sempat berkata kalau amalan yang sangat dicintai Allah SWT merupakan amalan yang selalu dicoba walaupun sedikit. Membaca Al- Qur' an satu taman tiap berakhir shalat 5 waktu yang dicoba tiap hari bisa dikatakan jauh lebih baik daripada membaca Al- Qur' an satu juz langsung kala berakhir shalat Maghrib saja serta itu juga cuma dicoba sekali.

Melaksanakan istiqomah memanglah tidak gampang. Syeikh Ali ad- Daqaq menerangkan kalau istiqomah memanglah perlu proses. Alangkah baiknya apabila proses tersebut dimulai dengan penundukkan hawa nafsu---yang diucap oleh Syeikh Ali dengan sebutan taqwim---kemudian, iqomah, ialah meneguhkan hati.

Sehabis menundukkan hawa nafsu, hendaknya meneguhkan hati dengan nilai- nilai kebaikan serta kebijaksanaan yang mau kita latih dalam diri. Sesi proses buat istiqomah berikutnya, melindungi serta mempraktikkan nilai- nilai tersebut secara konsisten- berkesinambungan.

Dalam prosesnya, Ibnu Qoyyim al- Jauziyyah menegaskan supaya mencermati faktor- faktor yang bisa menunjang keistiqomahan kita. Awal merupakan optimalisasi. Artinya merupakan kala telah menciptakan prinsip ataupun nilai apa yang mau kita terapkan hingga lakukanlah dengan maksimal, jalani yang terbaik cocok keahlian.

Kedua, moderat. Kala mempraktikkan nilai tersebut hendaknya tidak melampaui batasan ataupun kelewatan dan tidak menyia- nyiakan peluang. Dalam artian, berlagak secara balance supaya tidak gampang jenuh dan tidak pula berleha- leha.

Ketiga, ilmu. Pasti saja ilmu jadi perihal utama yang sangat berarti supaya memantapkan keistiqomahan dan supaya dijauhkan dari keraguan. Saat sebelum memutuskan buat mempraktikkan sesuatu nilai, alangkah baiknya mempelajarinya terlebih dulu supaya setelah itu sanggup melindungi serta pertahankan konsistensi dengan kepercayaan diri lahir batin.

Istiqomah mempunyai implikasi yang besar dalam kehidupan manusia. Kala berupaya buat istiqomah, implikasinya hendak meliputi benak, perbuatan, sampai spiritual. Istiqomah yang berimplikasi terhadap benak melahirkan benak yang sehat serta positif.

Implikasi istiqomah pada perbuatan hendak menampilkan perbuatan yang bertanggung jawab, sanggup mengatur diri sendiri dalam artian menundukkan hawa nafsu---bukan malah dikendalikan oleh nafsu, sampai ketangguhan terhadap tiap waktu yang dijalani.

Implikasi istiqomah pada spiritual hendak mengaktifkan guna tawajjud, ialah pemahaman terhadap yang Maha Bentuk atas tiap waktu yang dilalui; mengaktifkan guna tajarrud, ialah menyingkirnya hal- hal yang negatif dalam diri karena diri sudah dihiasi dengan kebaikan- kebaikan; tazkiyatun nafs, ialah kondisi diri yang terus berupaya menyucikan jiwa; setelah itu timbulnya hikmah- hikmah dari dalam nurani, sampai jadi nilai dakwah buat sekitarnya.

Pertanyaannya setelah itu merupakan apa yang kita istiqomahkan dikala ini? Apakah tidak berubah- ubah berkesinambungan scroll media sosial sampai kebanjiran data tanpa kendali diri? Ataukah kita terus tidak berubah- ubah membuat konten tanpa tujuan khasiat, cuma buat like serta pujian? Ataupun apalagi kita lebih tidak berubah- ubah mengisi waktu dengan rebahan dibandingkan melaksanakan perbaikan- perbaikan yang bawa diri pada pergantian?

Apa yang manusia tanam dikala ini memastikan apa yang hendak dituai nanti. Manusia tidak memiliki kuasa buat mengganti era cocok yang di idamkan, tetapi manusia memiliki kehendak serta kendali atas diri sendiri dalam mengalami era. Kehendak serta kendali atas diri dibutuhkan supaya tidak gampang terbawa arus. Butuh terdapat nilai- nilai, prinsip diri, perbuatan- perbuatan baik yang kita istiqomahkan selaku wujud latihan serta kendali atas diri.

Dalam geralan Ngaji Filsafat tahap Istiqomah, Pak Fahruddin Faiz menegaskan kalau yang jadi penghalang buat istiqomah di antara lain merupakan watak yang manja, lalai, banyak menyia- nyiakan waktu serta peluang, over thingking, sampai dosa serta maksiat.

Walaupun demikian, masih terdapat hal- hal yang sanggup jadi booster untuk diri buat berupaya istiqomah, ialah dengan belajar ataupun menuntut ilmu dengan serius, ikhlas dalam melaksanakan seluruh suatu, berlagak wara' serta qanaah, serta yang tidak boleh diabaikan merupakan mujahadah.

Mujahadah ialah intensitas dalam berjuang, paling utama dalam mengatur hawa nafsu. Dengan mengatur hawa nafsu yang dibekali ilmu, mudah- mudahan diri sanggup memastikan prinsip dalam hidup serta mengistiqomahkan diri dalam kebaikan- kebaikan, baik itu yang bertabiat individual ataupun sosial. Terutama pula, seluruh itu cocok dengan ajaran Islam yang dicoba secara billah, lillah, fillah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun