Mohon tunggu...
Azis Tri Budianto
Azis Tri Budianto Mohon Tunggu... Dosen - Mahasiswa | Penulis | Filsuf
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dalam hidup kita hanya sebagai pemain, jadilah pemain yang menjalankan perannya dengan baik. _sing biasa bae

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perihal Istiqomah

16 Januari 2023   20:26 Diperbarui: 16 Januari 2023   22:02 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Istiqomah mempunyai implikasi yang besar dalam kehidupan manusia. Kala berupaya buat istiqomah, implikasinya hendak meliputi benak, perbuatan, sampai spiritual. Istiqomah yang berimplikasi terhadap benak melahirkan benak yang sehat serta positif.

Implikasi istiqomah pada perbuatan hendak menampilkan perbuatan yang bertanggung jawab, sanggup mengatur diri sendiri dalam artian menundukkan hawa nafsu---bukan malah dikendalikan oleh nafsu, sampai ketangguhan terhadap tiap waktu yang dijalani.

Implikasi istiqomah pada spiritual hendak mengaktifkan guna tawajjud, ialah pemahaman terhadap yang Maha Bentuk atas tiap waktu yang dilalui; mengaktifkan guna tajarrud, ialah menyingkirnya hal- hal yang negatif dalam diri karena diri sudah dihiasi dengan kebaikan- kebaikan; tazkiyatun nafs, ialah kondisi diri yang terus berupaya menyucikan jiwa; setelah itu timbulnya hikmah- hikmah dari dalam nurani, sampai jadi nilai dakwah buat sekitarnya.

Pertanyaannya setelah itu merupakan apa yang kita istiqomahkan dikala ini? Apakah tidak berubah- ubah berkesinambungan scroll media sosial sampai kebanjiran data tanpa kendali diri? Ataukah kita terus tidak berubah- ubah membuat konten tanpa tujuan khasiat, cuma buat like serta pujian? Ataupun apalagi kita lebih tidak berubah- ubah mengisi waktu dengan rebahan dibandingkan melaksanakan perbaikan- perbaikan yang bawa diri pada pergantian?

Apa yang manusia tanam dikala ini memastikan apa yang hendak dituai nanti. Manusia tidak memiliki kuasa buat mengganti era cocok yang di idamkan, tetapi manusia memiliki kehendak serta kendali atas diri sendiri dalam mengalami era. Kehendak serta kendali atas diri dibutuhkan supaya tidak gampang terbawa arus. Butuh terdapat nilai- nilai, prinsip diri, perbuatan- perbuatan baik yang kita istiqomahkan selaku wujud latihan serta kendali atas diri.

Dalam geralan Ngaji Filsafat tahap Istiqomah, Pak Fahruddin Faiz menegaskan kalau yang jadi penghalang buat istiqomah di antara lain merupakan watak yang manja, lalai, banyak menyia- nyiakan waktu serta peluang, over thingking, sampai dosa serta maksiat.

Walaupun demikian, masih terdapat hal- hal yang sanggup jadi booster untuk diri buat berupaya istiqomah, ialah dengan belajar ataupun menuntut ilmu dengan serius, ikhlas dalam melaksanakan seluruh suatu, berlagak wara' serta qanaah, serta yang tidak boleh diabaikan merupakan mujahadah.

Mujahadah ialah intensitas dalam berjuang, paling utama dalam mengatur hawa nafsu. Dengan mengatur hawa nafsu yang dibekali ilmu, mudah- mudahan diri sanggup memastikan prinsip dalam hidup serta mengistiqomahkan diri dalam kebaikan- kebaikan, baik itu yang bertabiat individual ataupun sosial. Terutama pula, seluruh itu cocok dengan ajaran Islam yang dicoba secara billah, lillah, fillah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun