Mohon tunggu...
Della Ananda Adha
Della Ananda Adha Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hobi menonton film, blok ini dibuat untuk mengirimkan tugas berita saya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketakutan Menikah dan Meningkatnya Angka Perempuan Lajang: Indonesia Menuju Krisis SDM?

5 Mei 2025   21:06 Diperbarui: 5 Mei 2025   21:06 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar sebuah gaun pengantin wanita yang indah namun "status" menakutkan. Sumber: Tiktok.7mjls

"Menikah itu bukan hal yang sekedar sah secara hukum dan agama. Tapi siapkah aku kehilangan jati diriku, tubuhku, dan hidupku?"

Nur, 26 tahun, pekerja kreatif di Jakarta. 

Fenomena perempuan lajang yang memilih tidak menikah semakin meningkat di Indonesia. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, dalam satu dekade terakhir, angka usia menikah pertama kian menanjak, dan banyak perempuan kini memilih tidak menikah sama sekali. Di balik keputusan ini, terdapat ketakutan yang kompleks: trauma melihat pernikahan orang tua yang gagal, maraknya perselingkuhan, laki-laki yang ternyata menyukai sesama jenis, hingga kekhawatiran kehilangan perawatan diri setelah menikah.

Fenomena ini tidak eksklusif terjadi di Indonesia. Jepang dan Brunei Darussalam sudah lebih dulu merasakan dampaknya: negara mengalami shortage sumber daya manusia akibat rendahnya angka kelahiran yang salah satunya disebabkan oleh banyaknya perempuan dan laki-laki yang tidak menikah.

Ketakutan yang Nyata dan Berlapis

Di ruang-ruang diskusi digital, perempuan saling berbagi cerita tentang ketakutan menikah. Bukan karena mereka membenci institusi pernikahan, melainkan karena mereka mempertanyakan: apakah pernikahan akan membuat mereka lebih bahagia, atau justru mengorbankan kebebasan yang selama ini diperjuangkan?

Seperti kejadian yang baru-baru ini muncul kepermukaan dan menjadi headline diseluruh platfrom media sosial tentang perceraian yang isunya karena perselingkuhan juga. Seorang influencer inisial D yang bercerai dengan suaminya S. Saat ini D banyak melakukan podcast salah satunya bentuk podcast mengobrol dengan sesama perempuan, yang menceritakan bagaimana kesalahan serta dampak dari perceraian. Dalam podcast tersebut ada temannya yang berinisial R yang belum menikah dan pastinya akan berfikir akankah terjadi sebuah pernikahan didalam dirinya.

Kesalahan ini juga sering sekali ter-up di Media sosial, kemudian dengan secara cepat menggiring opini dan seakan memberikan suatu gambaran "Married Is Scary". 

Ketakutan Ini bukan Hal Baru?

Sejarah juga ternyata mencatat kejadian ini sudah menjadi masalah global sedari dahulu. Ketakutan perempuan terhadap pernikahan sebenarnya bukanlah fenomena modern. Di abad ke-19, R.A. Kartini menuliskannya dalam surat-suratnya kepada Abendanon. Ia mencemaskan bagaimana pernikahan bisa memadamkan cahaya perempuan yang ingin belajar dan tumbuh. Meski pada akhirnya ia menikah, gagasan Kartini tentang pendidikan dan kemerdekaan perempuan tetap hidup. Tetapi tetap membuktikan bahwa sebuah "pernikahan" bisa menjadi halangan bagi perkembangan perempuan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun