Mohon tunggu...
Della Ananda Adha
Della Ananda Adha Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hobi menonton film, blok ini dibuat untuk mengirimkan tugas berita saya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Fenomena Ani-Ani: Cermin Gundik dalam Wajah Baru

27 April 2025   00:57 Diperbarui: 27 April 2025   00:57 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gundik. Kredit: Pinterest https://pin.it/1uD0ZCFPr oleh Harist Farhan 

4. Mengapa Perlu Belajar dari Sejarah?

Sejarah pergundikan mengajarkan kita bahwa fenomena sosial tak pernah lahir dari ruang hampa. Memahami akar sejarah hubungan semacam ini membuat kita lebih bijak dalam menyikapi dinamika masa kini, tanpa mudah menghakimi atau melabeli.

Pada akhirnya, perubahan sosial adalah keniscayaan. Sejarah bukan hanya catatan masa lalu, melainkan juga cermin untuk memahami perjalanan manusia.

Contoh Kasus

*Disclaimer*: Kasus ini hanya untuk tujuan ilustrasi.

Sebut saja D, seorang perempuan muda yang merantau ke Jakarta demi mengejar karier. Dalam perjalanannya, D bertemu dengan seorang pria paruh baya berinisial F, seorang pejabat perusahaan swasta. F menawarkan dukungan finansial dan fasilitas hidup mewah sebagai imbalan atas hubungan spesial yang mereka jalani. Bagi D, hubungan ini adalah bentuk perjuangan untuk bertahan hidup di tengah kerasnya persaingan kota besar. "Saya tahu risikonya, tapi ini pilihan saya," ujar D saat diwawancarai secara anonim.

Fenomena "ani-ani" mungkin tampak sebagai cerita baru dalam kehidupan modern. Namun, sejarah pergundikan mengingatkan bahwa manusia, sepanjang zaman, selalu bergulat dalam pusaran cinta, kekuasaan, dan kebutuhan. Di tengah perubahan zaman, marilah kita menatap masa kini dengan kebijaksanaan sejarah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun