Kota kita sedang hujan. Kaupeluk aku
lewat ingatan yang basah dan kamarmu
seperti hutan kenangan yang kusam.
Kota kita masih hujan. Kupeluk kau
lewat harapan yang mekar dan kamarku
seperti kunang-kunang yang muram.
Bagi kau, ingatan dapat menyentuhku
sejauh apa aku pergi, selama apa aku
pergi. Di luar, kota kita tetap saja hujan.
Bagi aku, harapan dapat menggapaimu
secepat apa kaupergi, selaju apa kau
menjauh. Di luar, kota kita kian hujan.
Hujan dan kesendirian masih perpaduan
mengerikan bagi rindu kita. Mereka suka
mengeriputkan kulit ketabahan kita.
Kaca jendela dan keretak rindu menyatu
mementahkan duka di mata. Dan engkau,
mementalkan luka yang batu di dada.
Kota kita didera hujan deras. Dada kita
dirajam hujan rindu. Tetapi kita selalu
tanah yang tabah, tanah yang tabah.
Pemujarindu, Februari 2021