Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Kota dan Hujan Mementahkan Duka

1 Februari 2021   05:24 Diperbarui: 1 Februari 2021   20:14 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cahaya setelah hujan, suka selepas duka | (The picture by the aymane jdidi in Pixabay)


Kota kita sedang hujan. Kaupeluk aku
lewat ingatan yang basah dan kamarmu
seperti hutan kenangan yang kusam.

Kota kita masih hujan. Kupeluk kau
lewat harapan yang mekar dan kamarku
seperti kunang-kunang yang muram.

Bagi kau, ingatan dapat menyentuhku
sejauh apa aku pergi, selama apa aku
pergi. Di luar, kota kita tetap saja hujan.

Bagi aku, harapan dapat menggapaimu
secepat apa kaupergi, selaju apa kau
menjauh. Di luar, kota kita kian hujan.

Hujan dan kesendirian masih perpaduan
mengerikan bagi rindu kita. Mereka suka
mengeriputkan kulit ketabahan kita.

Kaca jendela dan keretak rindu menyatu
mementahkan duka di mata. Dan engkau,
mementalkan luka yang batu di dada.

Kota kita didera hujan deras. Dada kita
dirajam hujan rindu. Tetapi kita selalu
tanah yang tabah, tanah yang tabah.

Pemujarindu, Februari 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun