Sudah kudapatkan kesedihan setelah kautinggalkan, tetapi aku tanah yang selalu punya tabah. Semoga kaudapatkan kebahagiaan dengan meninggalkanku, tetapi engkau angin yang selalu menemukan arah kembali.
Kamu boleh pergi. Aku tidak akan menahan kepergianmu. Aku ranting pohon yang tidak pernah menahan gairah bocah melempari, merojok, atau menggalah layang-layang putus. Aku tahu benar, mereka yang pergi akan mencari jalan kembali.
Aku tahu alasan mengapa kamu pergi, persis cara nelayan tua mengetahui badai akan segera tiba. Kamu, yang pergi, jangan ucapkan selamat tinggal. Aku, yang tinggal, takkan mengatakan selamat jalan. Sesungguhnya, kita lebih ingin mengatakan sampai jumpa: doa yang memanjat langit seperti layang-layang.
Jika satu ketika kamu ingin pulang, pulanglah secepat yang engkau mau. Pintu hatiku tidak akan tertutup. Masuklah semaumu, bahkan kamu tak perlu mengetuknya. Jendela maafmu juga mesti selalu terbuka. Maafkan aku dan segeralah pulang. Kamu tahu, cinta selalu bisa memaafkan.
Aku mengenalmu. Sangat mengenalmu. Berkali-kali pergi, berkali-kali kembali. Itulah kamu. Rindulah alasan mengapa pintu hatiku selalu terbuka. Ditajamkannya haru masa lalu.
2016