Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengapa Nadin Amizah Dirisak dan Dirujak oleh Warganet

19 Januari 2021   11:23 Diperbarui: 19 Januari 2021   11:51 2650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bidik layar siniar Nadin Amizah (Sumber: Yotube/Deddy Corbuzier)

Bahkan bersedekah saja tidak harus dengan uang. Membantu seorang nenek renta dan rabun menyeberang jalan juga sudah patut disebut bersedekah. Ada sedekah waktu dan peduli di situ. Malahan, senyum saja sedekah.

Orang termiskin sedunia pun dapat dengan mudah menjenguk tetangga, membantu nenek menyeberang, dan mendoakan hal-hal baik bagi orang lain. Kuncinya hanya empati dan simpati. Tidak harus kaya untuk melakukan kebaikan.

O ya, saya tidak harus menyeret-nyeret ayat atau firman Tuhan untuk mengudar perbuatan baik. Tidak usah juga mengumbar teori sosiologi dan antropologi, sebab itu domain Engkong Felix. Cukup dengan contoh sederhana saja. Namun, kebaikan-kebaikan remeh dan sederhana justru sering mengalirkan air mata haru tatkala yang kita bantu tepat pada saat ia sangat butuh.

Aksi Nadin saat bernyanyi (Foto: Instagram/@cakecaine)
Aksi Nadin saat bernyanyi (Foto: Instagram/@cakecaine)

Selanjutnya, mari kita ulik pernyataan kedua. Jangan jadi orang miskin kalau ingin menjadi orang baik. Kenapa? Merujuk pada pernyataan Nadin, orang miskin sudah kehabisan waktu untuk berbuat baik karena rasa bencinya pada dunia sedemikian besar.

Menariknya, Nadin menggunakan kata "kita" tatkala menyebut orang miskin dan memakai kata "kamu" manakala menyebut orang kaya. Mudah-mudahan Nadin paham makna kita. Paling tidak, Nadin mafhum bahwa menyebut "kita" berarti ada kemungkinan ia pernah mengalami getir nasib orang miskin.

Itu penting. Mengapa? Orang kaya yang tidak pernah miskin akan sulit memahami perasaan terdalam orang miskin. Sebaliknya juga begitu. Orang miskin yang tidak pernah kaya bakal sulit memahami pola pikir orang kaya. Paling banter orang sok kaya dan sok miskin yang bisa agak mendekati dua status sosial ekonomi itu.

Di situlah pangkal soal sehingga warganet merisak Nadin. Jika kita menggunakan asumsi ala Nadin, yakni orang miskin susah berbuat baik, berarti dapat pula dikatakan bahwa orang miskin mudah berbuat jahat.

Benarkah demikian? Belum tentu. Berbuat jahat tidak memandang kaya atau miskin. Mau kaya mau papa dua-duanya berpotensi melakukan kejahatan. Kalau hanya orang miskin yang mudah berbuat jahat, koruptor di Indonesia tidak akan ada. KPK kita bubarkan saya.

Apa dasar argumen saya? Apa Nadin pikir yang mengerat uang rakyat itu orang miskin? Bukan, Cuy. Mereka kaya-kaya. Mereka berkorban banyak uang untuk menjadi politisi. Mereka memancurkan banyak duit untuk menjadi pejabat. Mereka menghabiskan isi rekening untuk menyogok. Orang miskin mana sanggup, Bray. Bukan jalannya. Susah jalannya.

Bahwa ada orang miskin yang melakukan kejahatan, itu benar. Lo, kejahatan memang tidak punya mata hati. Lelaki-perempuan, tua-muda, miskin-kaya, beragama-tidak beragama, suku ini-suku itu semuanya sama saja. Sama-sama bisa berbuat jahat.

Saya dan Nadin juga berpotensi melakukan hal baik dan hal buruk. Tatkala Nadin menuding orang miskin sibuk membenci dunia, Nadin sudah menyakiti hati orang miskin. Tidak peduli Nadin ada di balik benteng kilah "sebagian, segelintir, atau semuanya".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun