Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Tas Kain Bansos, Anak Pak Lurah, dan Gelegar Gibran

21 Desember 2020   03:08 Diperbarui: 22 Desember 2020   13:04 3694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Olah Pribadi

Bagaimana dengan padanan totebag? Saya menjawab ringkas, tas jinjing. Boleh juga, tas kanvas. Beres perkara.

Anak Pak Lurah

Dalam sajian hasil investigasi, Tempo mengabarkan istilah "anak Pak Lurah" yang jelas benar tertuju pada Gibran. Juragan martabak itu dilabeli kata sandi sedemikian. Itu aneh. Sependek ingatan saya, beliau anak Presiden Republik Indonesia.

Bagi saya, menyamakan lurah dengan negara tentu amat menggelitik. Kelurahan tidak setanding dengan kenegaraan, sebagaimana Pak Lurah tidak setimbang dengan Pak Presiden. Anak Pak Lurah dengan anak Pak Presiden pun bisa jadi sangat sulit menjadi teman sepermainan.

Dapat kalian bayangkan betapa hebatnya seorang anak Pak Lurah sampai menggetarkan hati dan menggentarkan nyali aparatur di kementerian. Kalau anak Pak Lurah saja sedemikian hebat, apatah lagi anak Pak Camat. Takjub, kan?

Kalian mungkin saja mencibir lantaran perkara begitu saja amat saya pikirkan. O, jelaslah. Saya membayar pajak sekalipun besarannya tidak seberapa. Pajak saya dan orang-orang kecil seperti saya dikumpulkan untuk dibagikan kembali menjadi dana bansos. Boleh dong saya senewen?

Bayangkan. Kita mengumpulkan duit setengah modar, eh, pejabat enak saja main sunat-sunatan. Andaikata dugaan Tempo itu benar, patutlah kita menggereng. Bagaimana kalau dugaan itu keliru? Lo, bukan urusan kita. Biarkan pegawai kejaksaan dan kepolisian menjauhi gabut.

Wasana Pilu

Begitulah. Saya, mungkin juga Anda, memilih duduk dan menunggu apa saja yang akan terjadi. Kalau berbelanja ke swalayan yang sudah tidak menggunakan kantong keresek, bawa saja tas kain dari rumah. Jangan bawa goodiebag. Hehehe.

Bagaimana dengan keresahan warganet dan kejanggalan dana bansos? Apakah benar Gibran memberikan rekomendasi kepada perusahaan berskala besar itu? Apakah benar saudagar muda yang baru terpilih menjadi wali kota itu ikutan bancakan dana bansos?

Entahlah. Biarlah waktu yang menjawabnya. Itu juga kalau waktu bisa berbicara. Andai kalian mau tahu, saat ini hati saya mulai bertanya-tanya. Apakah benar Gibran itu anak Pak Lurah?

Salam takzim, Khrisna Pabichara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun