Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Mantra Perangsang Munculnya Gairah Menulis

20 Desember 2020   11:38 Diperbarui: 6 April 2021   08:13 1532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
infografis memunculkan ide menulis. (Dokumen Olah Pribadi)

Bagi penulis yang menjadikan menulis sebagai cara untuk membahagiakan diri, ide adalah peluru yang tidak boleh berkurang. Harus selalu ada di gudang imajinasi, harus selalu tersedia di bilik inspirasi. Tidak heran jika penulis sekaligus pemburu ide.

Saya juga begitu. Ide harus selalu ada agar batin saya tidak kering. Ada ide yang langsung saya eksekusi begitu melintas di benak, ada juga yang saya peram dulu Bank Ide agar sewaktu-waktu bisa saya tulis. Begitu selalu.

Ide-ide yang langsung saya tuangkan ke dalam tulisan biasanya melewati saringan. Saya mesti merapal tiga mantra barulah ide itu saya tumpahkan. Nah, tulisan ini saya niatkan sebagai kado bagi siapa saja yang keranjingan menulis. Kado itu saya namai mantra perangsang gairah. Oh, tolong tidak meliarkan pikiran. Gairah yang dirangsang adalah gairah menulis.

Mari bertualang, Bro.

infografis memunculkan ide menulis. (Dokumen Olah Pribadi)
infografis memunculkan ide menulis. (Dokumen Olah Pribadi)

Baca Juga: Mengapa Saya Kehilangan Ide Menulis?

Bacalah, Bacalah, Bacalah

Ini mantra pertama. Setiap mengawali pagi, saya paksa mata agar mau membaca. Paksa, biar mata terbiasa. Paksa atas dasar cinta moga-moga bukan tindak kekerasan dalam kepenulisan. Paksa yang dilatari hasrat menggebu-gebu dalam mengayakan wawasan.

Bagi pemburu ide, satu bacaan kerap merangsang banyak gagasan. Semuanya bermunculan secara tiba-tiba karena dipantik oleh materi bacaan. Dalam hal ini, membaca yang saya maksud adalah membaca apa saja. Bukan cuma membaca buku.

Begitu saya merapal mantra bacalah, bacalah, bacalah seraya mengucek-ngucek mata sesaat setelah bangun tidur, otak saya bersaing dengan perut. Sama-sama merasa lapar. Sama-sama ingin segera diberi asupan atau stimulan.

Dari bacaan yang saya lahap akan muncul ide-ide segar. Tatkala ide-ide segar itu merimbun, saya mulai main pilah. Ide mana yang mesti saya dahulukan, ide mana yang harus saya simpan dulu, atau ide mana yang sekadar saya masukkan ke folder Bank Ide.

Setelah itu, saya rapal mantra kedua.

Tanyalah, Tanyalah, Tanyalah

Ide yang sudah saya putuskan untuk saya daras biasanya akan saya dudukkan di depan saya. Ide itu akan saya minta duduk manis, lalu saya tanyai beberapa hal mendasar. Cara bertanya saya bukan alakadar bertanya, melainkan bersikeras. Artinya, interogasi. Selalu begitu.

Sebelum menganggit artikel ini, saya menginterogasi ide. Lama sekali. Kira-kira setengah jam. Dalam rentang setengah jam itu saya ajukan setidaknya lima pertanyaan. Berikut runtun pertanyaan tersebut.

  1. Mengapa harus gairah menulis dan bukan gairah membaca? Jawaban si ide: karena sekarang banyak orang yang getol menulis.
  2. Apa yang menjadi landasan gagasan? Jawaban si ide: trik yang dilakukan sebelum menulis, khususnya saat menemukan ide.
  3. Apakah gagasan itu bermanfaat bagi pembaca? Jawaban si ide: serahkan urusan manfaat itu kepada pembaca, buat apa kamu pikirkan sekarang; tulislah dengan isi yang bisa mengayakan pembaca.
  4. Dari mana materi tulisan saya peroleh? Jawaban si ide: dari pengalaman kamu selama menulis; dari pengalaman penulis lain yang bertebaran di internet.
  5. Bagaimana kemasannya? Jawaban si ide: rewel banget, sih, tulis saja sekarang!

Gara-gara disentak si ide, saya buru-buru mengambil laptop dan menganggit artikel ini. Saya tidak sempat lagi bikin kerangka. Tahu sendiri kelakuan si ide. Saya telat sedikit saja, ia pergi tanpa pesan. Lagi butuh-butuhnya, ia tega meninggalkan saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun