Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Ternyata Saya Masuk "Top 5 Influencer" Bahasa Indonesia

21 September 2020   16:07 Diperbarui: 21 September 2020   16:48 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Itu baru di wilayah rumah. Sekarang silakan jalan-jalan. Tengok sisi kanan atau kiri jalan. Potensi menemukan tempat kursus bahasa asing sangat besar, sedangkan peluang melihat plang kursus Bahasa Indonesia nihil banget. Tidak percaya? Silakan amati.

Tidak usah jauh-jauh. Kalau Anda seorang penulis atau senang menulis, coba ambil cermin. Ajaklah sosok di dalam cermin itu untuk bercakap-cakap. Sodorkan satu pertanyaan. Sebagai penulis, berapa banyak kosakata dalam bahasa Indonesia yang Anda miliki? Sodokkan pertanyaan kedua. Sebagai orang yang suka menulis, seberapa mahir Anda menggunakan bahasa Indonesia dalam menulis?

Tidak perlu Anda jawab. Itu bahan refleksi saja.

Dokumen Olah Pribadi
Dokumen Olah Pribadi

Maka tolong jauhkanlah saya dari kata "sombong" dan "lebay" gara-gara menganggit tulisan ini. O, tidak. Siapalah saya. Hanya sebutir debu yang dibekukan panas atau diterbangkan angin. Kalaupun judul artikel ini sedikit mengandung unsur riya atau pamer nama, maafkanlah.

Bukan itu tujuan saya. Saya hanya ingin mengurai kenapa saya mencintai bahasa Indonesia dan bagaimana mulanya hingga saya bisa tersasar di "jalan lengang" itu. Sungguh, itu saja. Tidak lebih, tidak kurang. Kalaupun saya membawa-bawa "Top 5 Influencer" pada judul artikel, anggap saja itu klikbait dari seorang yang fakir perhatian. Hiks!

Saya teringat perbincangan hangat rekan di Twitter, Ahmad Taufiq, tentang penerjemah yang mengeluhkan miskinnya kosakata bahasa Indonesia. Akibatnya, translator atau penerjemah kesulitan mencari padanan kata dari bahasa asing. Mereka penerjemah, Bray. Mereka tiap hari gulang-guling bersama kata. Apa pangkal musabab sehingga mereka kesulitan?

Ahmad Taufiq memberikan markah yang tegas dan ringkas, yakni "saya tidak tahu" berbeda dengan "bahasa Indonesia tidak punya". Ketika Anda mengalami kesulitan mencari padanan kata, mungkin Anda kurang piknik di pekarangan luas bernama bahasa Indonesia. Teknologi kian canggih. Anda jelas rugi kalau berjalan mundur. Tiada sulit-sulitnya kalau kita mau berusaha, bukan beternak keluh.

Lagi pula, ranah kemampuan berbahasa bukan melulu soal berapa banyak kosakata yang kita tahu. Bukan. Ada wilayah lain yang perlu kita rambah. Kemampuan memilah kata yang tepat, misalnya. Itu penting bagi penulis. Belum lagi perkara menaja kalimat dan menata alinea. Belum lagi bagaimana mengolah wacana. Banyak. Kalau pada tatar kata saja sudah kedodoran, oh maaf, saya tiba-tiba kehilangan kata.

Bersyukurlah karena kita masih punya guru-guru Bahasa Indonesia yang bersetia dan berteguh hati di jalan lengang kebahasaan. Andai mereka lunglai, patut dibayangkan nasib bahasa Indonesia pada masa-masa mendatang.

Bersyukurlah karena masih ada penganjur berbahasa Indonesia di media sosial. Ivan Lanin. Bambang Trim. Uu Sukardi. Windy Ariestanty. Ahmad Taufiq. Holy Adib. Kehadiran mereka, seperti udaran Ismail Fahmi, sangat berfaedah. Maaf, saya hanya menyebut beberapa nama, nanti daftarnya kepanjangan.

Dokumen Olah Pribadi
Dokumen Olah Pribadi
Bagi saya, semua bermula dari cinta. Itu alasan utama saya bertungkus lumus di jalan lengang. Ada pula alasan lain seperti medan minat dan medan juang. Ah, itu alasan dibuat-buat saja. Sok heroik. Abaikan saja. Hitung-hitung dalih pembela diri karena sering banyak bacot tentang bahasa Indonesia di media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun