Dibaca syukur, diabaikan juga syukur. Diterima syukur, ditolak juga syukur. Berguna syukur, sia-sia juga syukur. Itulah prinsip yang saya yakini dan pegang teguh hingga hari. Prinsip itu terkait dengan kebiasaan saya menyuarakan pernak-pernik bahasa Indonesia.