Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Eksedentisias dan Kosakata Lain yang Makjleb

13 September 2020   18:16 Diperbarui: 14 September 2020   04:00 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Eksedentisias. Orang yang menyimpan rasa sakit di balik senyumnya. Kamukah?

Abaikan pertanyaan di atas. Itu terlalu sensitif. Lebih baik jawab pertanyaan ini. Apakah kalian rajin membaca?

Baiklah, saya anggap kalian rajin membaca. Silakan berbahagia telah didapuk sebagai orang yang gemar membaca. Buktinya kalian mau membaca artikel sotoy ini. Sekarang izinkan saya ajukan satu pertanyaan lagi. Mudah, kok. Apakah membaca sudah memperkaya kosakata kalian?

Maaf. Saya tidak bermaksud menjebak, meledek, atau menghina. Saya sekadar bertanya. Tidak perlu tersindir atau tersinggung. Cukup jawab di dalam hati. Oke? Kita lanjut. Jika jawaban kalian adalah tidak, amat disayangkan. Seharusnya jawab belum. Tidak berarti menutup pintu keberkahan. Belum berarti masih ada peluang membaca akan mengayakan perbendaharaan kata kalian.

Teman-teman yang sering dan getol menulis tentu tahu bahwa senjata penulis adalah gagasan. Nah, pelurunya jelas kata-kata. Jikalau stok kosakata kalian terbatas alias seadanya, ya, tulisan kalian akan begitu-begitu saja. Maju tidak, mundur tidak. Statis. Monoton.

Saya takjub apabila membaca tulisan teman-teman yang kaya kosakata. Engkong Felix Tani termasuk Kompasianer yang saya kagumi. Profesor kentir itu kerap memulung kata asing, entah dari bahasa daerah atau bahasa asing, lalu dicelupkan ke dalam tulisannya.

Kata kentir sering benar beliau pakai, cuma dengan penulisan yang berbeda. Sahabat kita yang rajin mengulik gagasan dalam tulisan kita itu menggunakan kenthir, saya menuliskannya tanpa /h/ sesuai kaidah penyerapan dalam bahasa Indonesia. Selain itu, beberapa kali beliau kedapatan memakai kata serendipitas.

Langkah elok Engkong Felix patut kita contoh. Dengan laku sedemikian berarti kita urun andil dalam pengayaan bahasa Indonesia. Jangan ingat, bahasa Indonesia akan tumbuh rimbun apabila kita tulus menyuburkannya. Banyak cara yang dapat kita lakukan. Menyumbang kosakata di antaranya.

Baca juga: Bahasa Indonesia Itu Kaya

Berikut ini saya agihkan enam kata yang belum tertera di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Sengaja saya pilihkan kata-kata yang berhubungan dengan perasaan, sebab perasaanlah yang melatari tulisan ini. Mari bertualang (bukan berpetualang, ya) di rimba kata.

Dokumen Olah Pribadi
Dokumen Olah Pribadi
Eksedentisias. Jika kamu sedang merasa sakit, baik agak sakit maupun sakit sekali, kemudian kamu pendam rasa sakit itu dan memilih tersenyum di hadapan orang yang menyakiti hatimu, kamu sudah menerapkan "eksedentisias".

Banyak orang di sekitar kita yang pintar benar menyembunyikan rasa sakit hati. Orang sedemikian itu sudah menghuni rumah tabah di klaster dewa. Disakiti, tersenyum. Dilukai, tersenyum. Tiba di rumah, ketika hendak melelapkan penat, bantal tiba-tiba basah dan hangat. Ada juga yang menahan bulir air mata, tetapi hatinya berdarah. Ada.

Dokumen Olah Pribadi
Dokumen Olah Pribadi
Ekuanimitas. Kalau kamu sedang dikejar-kejar tenggat dan tetap tenang, itulah ekuanimitas. Majikan meradang, kamu tetap tenang. Istri merintih kehabisan beras, kamu tetap tenang. Anak meratap kehabisan kuota, kamu tetap tenang. Tekanan sekuat apa pun tak akan membuat kamu kalut.

Apabila kamu dalam situasi terpojok, tersudutkan, atau terdesak dan kamu tetap berpikiran jernih, masih sanggup berkepala dingin, atau jauh dari mencak-mencak maka kamu sudah mengamalkan aji "ekuanimitas". Selamat. Tidak semua orang sanggup bersikap begitu.

Dokumen Olah Pribadi
Dokumen Olah Pribadi
Kalopsia. Tatkala kondisi kamu tengah terpuruk, tetapi kamu tetap menerima kenyataan sembari jari-jari anganmu mengkhayalkan kondisi yang lebih baik daripada yang tengah kamu alami, saat itulah kamu menjalani lakon "kalopsia".

Pada sisi lain, kalopsia yang berlebihan bisa juga mengantarmu ke tubir sakit hati. Saat kamu terima honor Rp500.000,00 lantas membayangkan duit Rp50.000.000,00 tentu bikin rongseng. Bersyukur saja, ya. Sebab, akan ada yang bertambah dan bertumbuh di hatimu apabila kamu bersyukur. Jadi, gunakan kalopsia secukupnya.

Dokumen Olah Pribadi
Dokumen Olah Pribadi
Kelanoma. Kadang secara refleks kita meraih ponsel tatkala kita melihat orang mengambil ponsel. Itulah kelanoma. Segelintir orang mengidap tuman kelanoma. Sedang asyik bercakap-cakap, eh, ia malah merogoh saku dan mengeluarkan gawai. Kesal!

Hanya saja, kelanoma tidak menular. Selama kamu gigih menahan dorongan meraih ponsel, selama itu pula kamu aman dari terjangan kelanoma. Saya sendiri sebal, pakai banget, kalau tengah asyik berhaha-hihi lalu ada yang khusyuk nian bersama gawainya.

Dokumen Olah Pribadi
Dokumen Olah Pribadi
Nosomania. Kata ini tidak ada kaitan langsungnya dengan korona, ya. Kata yang cocok dijadikan judul dan topik puisi ini berhubungan dengan orang yang kolokan. Bisa juga bertaut paut dengan orang yang baperan. Sedikit-sedikit minta perhatian, banyak-banyak harus diperhatikan.

Hanya saja, nosomania kerap dijadikan tameng atau dalih agar dijenguk atau dibesuk oleh Si Cinta. Sebenarnya ia tengah sakit tidak sakit. Merasa sakit, padahal tidak sakit. Meringkuk di balik selimut, padahal gerah. Merintih tidak keruan, padahal tidak menderita apa-apa. Singkat kata, perhatikan. Abrakadabra, langsung sembuh.

Dokumen Olah Pribadi
Dokumen Olah Pribadi
Resiliensi. Kata ini yang berkaitan dengan pandemi. Dalam suasana yang ngeri-ngeri sedap ini kita sangat membutuhkan daya tahan batin. Kita harus tangguh menjalani hari-hari pilu. Kita mesti gigih menjaga kesehatan dan keselamatan diri. Itu secuil dari bagian resiliensi.

Pada dasarnya resiliensi adalah sumber daya batin yang kita butuhkan agar sanggup bertahan, pulih, dan bangkit dari keterpurukan atau keputusasaan. Kita tidak boleh menyerah. Laporan ditolak, buru-buru perbaiki. Ditolak lagi, lekas-lekas perbaiki lagi. Masih ditolak? Periksa otak bosmu. Eitz.

Silakan baca juga: Memperkaya Diri dengan Kosakata

Itulah enam kata apik yang kali ini saya suguhkan. Besok-besok jika masih ada sumur di ladang, dan tidak kering, akan saya tambahkan. Sebenarnya kalian dapat delapan kata. Enam dari saya dan dua kata dari Engkong Felix. Kalian bisa menambahkannya kalau mau repot-repot.

Sudah dulu, ya. Rindu sudah melambaikan tangan. Ia letih menemani hati saya.

Khrisna Pabichara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun